TITANIC
Mas oding ayo tidur siang. Tidur siang? Kamu aja lah. Siang itu di sebuah toko kecil kami anggra memberi ku saran untuk tidur siang karena suatu alasan di malam hari nanti.
Anggra siapa? Dia adalah sepupu perempuanku, usianya kurang lebih dua tahun lebih tua dariku. Siang hari seperti ini biasanya kami menghabiskan lebih banyak waktu di toko entah sekedar hanya menemani bibiku sembari bermain main atau memang benar menjaga toko karena bibiku harus melaksanakan ibadah wajibnya yaitu solat. Kami tak sendirian, masih ada sepupu sepupuku yang lain seperti ari dan yang paling tue adalah tanti anak pertama dari bibiku. Siang itu kata titanic menjadi buah bibir di kalangan kami tak terkecuali bibiku bahkan kakek ku, meskipun kakek tak begitu peduli soal film tapi karena kericuhan cucu cucu nya yang tak sabar ingin menonton film titanic membuatnya juga penasaran.
Saat itu sekitar tahun 2001 Kami tak mengenal istilah bioskop aku juga tak tau apakah di tempat kami yang berjulukan desa glenmore ini ada bioskop toh sekalipun ada bioskop palingan juga bibi dan paman ku melarang untuk menonton bioskop dengan dalih mubazir lebih baik uangnya digunakan untuk sedekah saja. Kehebohan film titanic tentu tidak hanya terjadi di kalangan keluarga kami, film yang iklan nya sering kali muncul di televisi chanel RCTI menjelang penayangannya di hari sabtu atau malam mingu tengah malam tepat pukul dubelas malam membuat film ini pantang tak dikenal setiap orang, terjulukilah titanic sebagai film legend, terlaris sepanjang masa selama 12 tahun yang di bintangi oleh aktor tampan leonardo dicaprio dan lawannya yang cantik kate winslet.
Di tahun itu jelas belum ada yang mampu menandingi film yang di skenarioi sekaligus disutradarai oleh james cameron ini. Sebenarnya aku juga tak terlalu tertarik soal film namun karena film ini berlatarkan di sebuah kapal yang konon kapal paling besar di zamannya membuat ku jugalah turut antusias tak sabar ingin segera menonton yang pasti karena di jadwal setiap tahunnya ayahku pulang ke jawa menjenguk ku ia selalu menaiki kapal, aku senang melihat gambar kapal yang tercantum disebuah tiket yang telah robek di sebagian sisi nya. Tiket ayahku.
Penayangan di jam dua belas malam itulah alasan mengapa anggra mengajak ku tidur siang, kami masih kecil tak sanggup bila harus menjaga mata hingga larut malam atau begadang sebutannya. Semenjak siang tadi hingga menjelang tidur malam Anggra selalu memohon pada tanti kakaknya seketika ingat film Titanic untuk membangunkannya nanti malam, begitupun dengan ku yang tak kalah memohonnya. Seluruh keluarga kami telah siap untuk menonton titanic bersama sama, dengan fasilitas televisi 14 inchi yang bertengger di atas meja kecil, di atas nya kain penutup lebat debu. Gambarnya tak terlalu baik meskipun juga tak sering terlihat buruk, memutar mutar tiang antena adalah solusi jikalau semut semut hitam putih itu menutupi televisi. Bencana itu kami sebut dengan “burek” e nya di baca seperti membaca gudek. Aku, ari, yusron tidur di ranjang yang tak jauh letaknya dari televisi sementara anggra dan tanti tidur di kamar dalam.
Malam ini mimpiku tak begitu indah tiba tiba saja bencana menimpa, kata orang pegaruh dari luar ketika kita tidur akan memepengaruhi mimpi yang kebanykan mimpi buruk. Kaki ku terasa di cengkram oleh mahluk aneh bertangan raksasa aku mencoba melepaskan diri dan terus melawan sekuat tenaga. Dalam mimpi ku aku mendengar sesorang memangilku “Mas oding mas oding”. Suara itu tak asing, itu suara anggra. Semakin kuat cengkraman itu hingga membuat ku benar benar terbangun, aku mengira sudah subuh namun jarum jam dinding menunjukkan pukul 11.30 malam. Pandangan ku masih remang remang namun segera tersadar oleh sesuatu yang tak biasa, hampir seluruh anggota keluarga berkumpul sementara televisi menyala. “Mas oding titanicnya mau mulai” berkali kali anggra mengulang kalimat itu. Hampir saja aku lupa soal titanic, titanic telah membuatku benar benar tersadar. Apakah filmnya sudah mulai? Tanya ku pada anggra. Belum mas jawabnya.
Malam itu adalah salah satu malam yang paling berkesan, seluruh kaluarga kami terjaga demi menonton film titanic aku, ari, yusron, anggra, tanti, paman, bibi, dan kakek nenek ku berkumpul dalam sebuah ruangan sederhana. Kakek duduk di sebuah kursi tunggal nenek di kasur tempat aku tidur dan sebagian yang lain melantai.
Soundtrack film Titanic muncul melalui speaker televisi, titanic akhir nya di mulai. Film kapal terbelah dua itu berlangsung selama satu setengah jam sudah termasuk iklan itu pun tak sampai habis karena sesi kedua film Titanic akan di putar malam minggu depan nya lagi. Malam itu dengan ekspresi yang hanya aku tau adalah bahagia karena melihat kapal Titanic yang dari situ lah aku tau suasana dan seperti apa di dalam sebuah kapal yang setiap tahun nya ayah ku menaikinya. Sementara Tanti yang jauh lebih dewasa mungkin hati nya bernuansa romance karena ikut serta terlarut dalam kisah cinta Jack dan rose didalam sebuah kapal.sementara orang orang tua kami sesekali mengingatkan untuk menutup mata ketika adanya adegan dewasa. Malam itu adalah malam terbaik kami, berkumpul menonton bioskop ala keluarga sederhana hingga larut malam.....
Komentar