"Dek apa kau sibuk malam ini?"
Sibuk enggaknya sih tergantung apa rencana kak esa malam ini.
Kalau kak esa mengajak mu dinner di sebuah cafe?
Tetap sibuk kalau kak esa enggak bayarin.
aku bersikap sok cuek di hadapan kak esa. Sembari terus melanjutkan kegiatan ku mengetik laporan pekerjaan.
Kak esa yang berdiri di daun pintu memainkan sebuah kertas yang di pegangnya, membolak balik kertas itu di depan muka nya. "mau di apain ya kertas ini?" begitu lah ekspresi yang ingin ia tunjukkan pada ku sementara aku tak memedulikan nya, Terus mengetik duduk di sebuah meja yang tak jauh dari kak esa.
Kak esa masih saja berdiri di daun pintu.
Kak esa ngapain sih berdiri di situ terus? Gak capek apa?
Demi bisa dinner sama adik tercinta apa sih yang buat kakak capek.
Nyess..... Bila sudah seperti ini luluh lah hati ku sebagai adik lelaki nya. Kak esa memang pandai ngegombal tapi khusus untuk adik lelaki tercinta nya sedangkan dengan lelaki lain sifat nya 180 derajat berbeda karena alasan menjaga kehormatan sebagai seorang wanita muslimah, sejak dulu sebelum menikah ia memang sudah begitu.
Ya ya ya.... Aku beranjak dari kursi ku berusaha bersikap biasa "tak semudah itu kau luluh kan hati ku" begitu maksud ku, meskipun dalam sandiwara nya aku berjuang keras melawan hati ku yang terbuai. Kak esa adalah kakak sekaligus sahabat terbaik ku semenjak kecil.
Jadi gimana? Masih sibuk malam ini? Tanya kak esa pada ku...
Hmmm baik lah... Untuk kakak tercinta, ku persembahkan jiwa dan raga ku. Berlagak sok cool ku balas gombalan kak esa.
Bukan tersipu malu kak esa malah tertawa terbahak, hahaha...
Sini aku buat ketawa kak esa semakin menjadi. Menyebalkan.
Seperti biasa saat aku kalah tak mampu mengimbangi nya aku akan menggelitikinya tanpa ampun. memang lucu sih baginya aku yang tak ahli menggombal tiba tiba menggombal. Yah aku akui saja itu.
Cukup dek cukup!!!! Lihat ini, menyodorkan kertas di tangan nya. Apa itu kak? Kertas berkaitan dengan malam ini?
Yup,,, kakak sudah pesan tempat yang spesial, plus makanan kesukaan kamu tentu nya.
Gmana dengan bang rendra, apakah kakak mengajak nya juga?
Tidak,,, quality time untuk kita berdua. Malam ini Kakak mau cerita sesuatu sama kamu.
Cerita Apa?
Rahasia, weeek... Dengan ekspresi mengejek, kak esa pergi meninggalkan ku begitu saja.
Sialan... Hey awas ya,, aku akan sibuk malam ini!!!
Kau akan berpikir keras untuk berencana sibuk malam ini dek!!! Sambil berlalu kak esa berteriak pada ku.
Aku penasaran....
Azan magrib berkumandang tepat di saat alarm Handphone ku berdering, aku sengaja tidur sebentar setelah asar tadi sementara meja ku masih berantakan oleh berkas berkas pekerjaan ku. Lima kali panggilan tak terjawab atas nama kak esa terpampang di beranda Handphone ku. Tak sempat menelepon balik, aku bergegas mandi, mengambil air wudhu kemudian menunaikan solat magrib.
Entah mengapa saat solat magrib kekhusyukanku terganggu oleh wajah sosok perempuan yang menjadi cinta ku dalam diam, ketika tidur tadi pun, sekilas aku memimpikan nya. Rinduku pada nya jadi tak biasa, aku mengharap pada Allah semoga segala sesuatu yang terbaik untuk nya dalam doa setelah solat wajib ku magrib itu. Aku mencintai nya...
Aku tak tahu jika Handphone ku berkali kali kembali berdering atas nama kak esa, di seberang telepon sana nada suara kak esa terdengar bete.
"Cepat bukain pintu nya dek".
Ternyata kak esa telah lama berdiri di depan pintu rumah ku. Maaf kak tadi aku lagi solat. Tuuutt... Saluran telepon terputus, bergerak cepat aku membuka pintu. Kak esa berdiri sembari membawa jas yang tergantung di sebuah hanger sekaligus masih terbungkus plastik.
Jas siapa kak? Tanya ku
Sudah enggak usah banyak tanya cepat mandi sono, pasti belum mandi kan.
Sorry ya...
Kalau gitu cepat kamu ke kamar, dandan yang rapi plus Pake jas ini!!! Perintah secara tegas dari kak esa.
Aku tak mengerti, sebenarnya apa yang sedang kak esa rencanakan malam ini terhadap ku.
Tapi kak untuk apa? hanya ke cafe aja masa harus Pake jas.
Dek,, ini bukan sekedar ke cafe, ada yang lebih penting dari itu, sudah lah sekali kali Nurut sama kakak.
Iya tapi, kakak mau nga...
Belum sempat melanjutkan bicara ku, kak esa mendorong ku ke kamar, tak henti henti nya mulut nya ber komat kamit sepanjang ia memaksaku memenuhi keinginannya...
Ayo lah cepat, Nurut sama kakak, percaya deh, sekali ini aja bla bla bla bla,,,,
Ya ya ya baik lah aku Nurut!
Blaaam... Kak esa keras menutup pintu dan berlalu begitu saja. "cepat ya adek tersayang, kakak tunggu di mobil muuaaachh"
Apa kah kakak sedang gila malam ini!!!!
Yaa kakak sedang gila!!!
Tiiin... Tiiin.... Klakson mobil meraung raung tanda pengemudi mobil itu sedang tak sabar.
Ya bentaaar!!!!!! Teriak ku dari dalam rumah.
Aku pun keluar dengan mengenakan jas dari kak esa sekaligus berdandan rapi sesuai permintaan nya.
"Kamu ganteng banget" kak esa meledek ku
Cepat lah naik!
Biasa nya saat kami berdua berkendara, aku lah yang menjadi supir namun malam itu karena penolakan kak esa sendiri atas tawaran ku lah yang membuat nya menjadi supir. Jarang sekali kak esa menjadi supir di Setiap berkendara kami, seingat ku justru tak pernah.
Kaki kak esa perlahan mendorong pedal gas, mobil berjalan keluar kompleks perumahan tempat aku tinggal menuju jalan raya, terus melaju ke arah kota. Suasana kota saat itu lumayan ramai karena bertepatan dengan pasangan muda mudi yang sedang bermalam mingguan. Lampu lampu kota terang berpijar di tambah lagi lampu lampu cafe pinggir jalan yang hanya di setiap malam minggu bercahaya maksimal. Aku menatap kak esa dengan penuh rasa ingin tau, apa sebenar nya rencana yang akan ia lakukan malam ini. Wajah nya terfokus mengamati jalan raya, tangan nya lebih aktif mengendalikan setir mobil. Menyelinap, menyalip saat berpeluang.
Kak? Panggil ku
Ia tetap fokus, tak sederajat pun membelokkan kepala nya ke arah ku.
Beberapa menit Jalanan mulai lenggang, saat itu lah kak esa mau memperhatikan ku.
Dek kau ingat waktu di Singapura? Kak esa bertanya pada ku sembari terjaga mengendalikan mobil nya.
Yang mana yang kakak ingin aku ingat? Bukan kah di Singapura tak hanya satu moment yang kita lalui?
Saat kau kalah dalam taruhan itu.
Taruhan itu??? Hmm mengingat taruhan itu aku merasa konyol.
Saat itu (saat peristiwa kami di bandara changi airport) dua tahun yang lalu lebih tepat nya, kak esa masih belum menikah. Kala itu kami bertaruh dengan hukuman yang konyol bagi yang kalah. Kami bertaruh dengan hal sepele yaitu sekadar menebak apakah yang akan pria bule lakukan pada bule perempuan yang sedang menunggu kedatangan pria bule itu di bandara. Aku menebak pria bule itu akan bersikap biasa biasa saja namun kak esa menebak pria dan wanita bule itu akan saling bercumbu.
Sementara hukuman konyol itu ialah melakukan adegan will you marry me Di keramaian bandara. Pria dan wanita bule berjalan kian mendekat, aku dan kak esa tak sabar menanti apa yang akan mereka lakukan. Dan Sial nya aku kalah dalam taruhan itu, kedua bule itu justru bercumbu di tempat umum. Aku tak menyangka kak esa ahli sekali dalam mengetahui kelakuan kelakuan bule, atau memang aku yang terlalu polos.
Berkali kali aku mengelak, berusaha membatalkan taruhan itu dan mengabaikan desakan kak esa yang terus menerus menagih janji hukuman konyol itu.
Sudah lah lupakan!! Tegas ku
Eits, bukan kah tadi kita sama sama setuju bersikap sportif, telunjuk kak esa menunjuk nunjuk persis di depan muka ku. Ah kau bukan lelaki sejati tegas nya.
Aku lelaki sejati, tapi tidak untuk kak esa, hahaha, lagi pula gmana kalau orang orang menganggap adegan marry me yang akan kita lakukan adalah sungguhan?
Ya biarin lah,,, toh mereka juga enggak tau kalau kita sepasang adek kakak yang sedang bersandiwara.
Apakah kak esa berharap aku benar benar melakukan nya? Sudah separah itu kah kejombloan kak esa hingga begitu menginginkan sandiwara ini harus terjadi, apakah sandiwara yang akan kita lakukan ini mimpi kak esa di setiap malam? Kasihan sekali nasib kakak, hahaha aku berhasil meledek nya.
Kak esa terdiam, ia berjalan dengan pandangan lurus kedepan tidak menghiraukan ku sedikit pun. Aku menatap mata nya, pandangan itu tak salah lagi, seperti nya ucapan ku menyentuh hati nya. Pasti lah kak esa menginginkannya, secara kak esa adalah wanita muslimah yang baik tak pernah menjalin hubungan asmara yang bertentangan dengan agama hingga di usia nya di waktu itu 22tahun.
Baiklah tak ada salah nya membahagiakan seorang kakak.
Kak?
Iya dek?
Kakak lihat piano di arah jam sembilan kan?
Mata kak esa menyisir area arah jam sembilan. "di depan deretan kursi tunggu itu maksud mu?
Yup benar... Aku akan melakukan sandiwara itu untuk kakak ku tercintah.
Kak esa tersenyum kegirangan. Hati nya pasti sedang bahagia. Seumur umur aku tak pernah melakukan adegan will you marry me begitupun kak esa juga lah tak pernah seseorang melakukan adegan will you marry me untuk nya. Pertama kali di changi airport Singapura kami benar benar melakukan nya.
Aku berjalan menghampiri piano itu, mulai memainkan nya saat telah mendapat izin dari petugas bandara. Keberadaan kami di Bandara kelas internasional yang kaya akan penghargaan ini semakin membuat sandiwara kami sempurna. Belum lagi keberadaan orchid garden dan koi pond yang melengkapi keindahan arsitektur ruang tunggu terminal dua lantai dua tempat aku dan kak esa berada.
Melalui microphone mulut ku pun bersuara.
"Hadirin sekalian menjadilah saksi atas cinta suci ku malam ini, seseorang berbaju merah di arah jam dua dari tempat ku berada adalah seseorang yang aku harapkan menerima cinta ku malam ini, dia lah Sarah cinta dalam diam ku selama tiga tahun."
Seluruh calon penumpang mengarahkan pandangan nya ke kak esa, sementara aku bergetar hebat. Demi kak esa ku serahkan muka memerah ku di depan umum.
Jari jemari ku yang canggung mulai menari nari di atas papan piano, suara nada nya terdengar ke seluruh area ruang tunggu. Untung nya hanya ruang tunggu tak sampai meluas. Lirik lagu janji suci milik yovi and nuno keluar dari bibir ku yang terbata bata terdengar sangat jelas karena seluruh manusia dalam ruang tunggu dengan hikmat menyaksikan sandiwara ini berlangsung. Selain bergetar menanggung malu aku merasa apa yang aku lakukan adalah untuk Sarah yang malam itu menjelma dalam diri kak esa.
Sorakan tangan dan ragam seruan bernada haru terlontar dari setiap orang sehingga di akhir sandiwara itu ruang tunggu menjadi riuh. Kak esa selain senang sekaligus puas hati nya melihat ku kikuk tak berdaya.
Begitulah cerita singkat peristiwa memalukan di changi airport. Setelah peristiwa itu kami pun kembali pulang bertolak ke Indonesia.
Iya kak aku ingat, lalu kenapa kak esa menanyakan nya? Apakah kak esa kembali akan mengajak ku bertaruh malam ini di cafe? Aku pasti akan mengalahkan kak esa untuk membalas dendam ku yang dulu.
Hahahahaha kak esa terbahak, mungkin muka ambisi ku nampak lucu di mata nya.
Enggak dek, kak esa tak akan mengajak mu kembali bertaruh.
Lalu?
Lakukan lah sandiwara itu sekali lagi untuk terakhir kali nya di malam ini sesampai nya kita di cafe nanti.
Apa maksud kakak?
Kali ini kau tak perlu repot repot bersandiwara lakukan saja dengan sungguh sungguh untuk Sarah.
Jleeebbb... Hati ku tersentak mendengar kata sarah, dari mana kak esa tau soal sarah. Jantung ku berdebar, bagaimana jika kak esa tidak sedang bercanda.
Aku terdiam, memandang arah kaca mobil memandang lampu lampu jalan. Mobil melaju dengan kecepatan konstan.
Mengapa kau ngelamun, kakak sedang tidak bercanda dek. Kakak sudah tau arti seorang Sarah di hati mu dan kakak juga sudah tau arti kamu di hati Sarah. Jadi sekarang adalah waktu yang tepat.
Terkejut aku memandang mata kak esa... Jantung ku semakin berdebar, ingin mengucapkan sesuatu namun mulut ku tertahan.
Kau harus melakukan nya malam ini, jangan kecewakan kakak yang telah mempersiapkan segala sesuatu nya untuk mu malam ini. Kakak sangat bersyukur karena kamu sudah ngenalin kakak dengan rendra seseorang yang amat baik yang sekarang menjadi suami kakak. Dan apa yang kakak lakukan malam ini adalah sebagai balasan nya untuk adek kakak tercinta.
Mobil terus melaju sementara mulut ku tak mengeluarkan kata sepatah pun, aku terus membayangkan apa yang telah kak esa persiapkan di cafe yang akan kami tuju. Berharap sekedar bercerita di cafe adalah benar alias tak bohong. Apakah Sarah sudah berada di sana. Oh Sarah, apakah kau juga merasakan apa yang aku rasakan malam ini.
Komentar