Langsung ke konten utama
Joni, rama, desta dan raul
Empat orang bujang masih saja mendengkur meskipun lagu lagu britnespirs, Taylor Swift, dj maling ayam dan terakhir lantunan surat al wakiah terlontar nyaring dari masing masing telepon genggam mereka. Yang tak lain adalah kami para empat bujang. Tak kenal maka tak sayang maka nama kami adalah joni, rama, desta dan raul. Aku menulis ke empat nama tersebut berdasarkan urutan dari yang tertua. Ke empat lagu itu adalah lagu favorit kami namun pengecualian di saat pagi, lagu lagu itu sungguh sangat menyebalkan. Memekakkan telinga mengganggu tidur kami saja. Tangan tangan setengah sadar satu persatu meraih masing masing telepon genggamnya tak lama kemudian suasana pagi kembali hening bak malam yang kembali kami terlelap di dalamnya. Ya, alarm alarm telepon genggam kami meregang nyawa oleh karena ulah tangan tangan malas para bujang. Selalu saja di setiap pagi tak peduli apakah hari kerja maupun libur, semua hari nampak sama saja terhadap gairah kami untuk bangun pagi. Namun meskipun demikian keadaan nya, kami para bujang tak akan bisa menolak untuk tidak menunaikan kewajiban kami kepada sang pencipta. Apa lagi kalau bukan solat subuh. Bagaimanapun rasa malas yang mendera kami di setiap pagi tak terlewat kan sekalipun kami meninggalkan solat subuh meskipun terkadang seringkali di buru matahari yang kian beranjak dari persembunyiannya. Jika sudah begini, perlahan suasana beranjak dari lelapnya. Satu persatu pasang mata mulai terbuka, badan menggeliat liat berusaha melawan kenikmatan oleh sebuah kasur yang sulit sekali di lawan.
Semacam sudah di takdirkan, itu lah mungkin yang sebenarnya terjadi pada bagaimana waktu menentukan kami terbangun dari tidur. Tak pernah berubah, selalu saja sesuai dengan urutan takdir yang telah di gariskan. Maka urutan nya adalah sebagai berikut. Desta akan bangun lebih awal, ia paling enggan menunggu oleh karena nya segera menuju kamar mandi menyalakan keran air guna mengambil wudhu. Kemudian solat dengan hanya mendapat satu pahala sembari terkantuk kantuk. Setelah itu desta pasti akan kembali tidur setelah sebelum nya membangunkan joni yang tidur di kamar seorang diri.
Joni bangunlah joni... Waktu nya kau menunaikan solat subuh!.
Ketika joni membuka sempurna matanya ketika itu lah aku kembali dalam pelukan kasur penuh kenikmatan. Di saat seperti ini waktu biasanya menunjukkan angka 05.15 wita
Pagi terasa dingin sekali oleh karena satu malam penuh hujan mengguyur rumah yang kami sebut sebagai villa menyerupai kos.Bang,,bang.. Bangun bang rama... Ayo solat subuh. Suara joni terdengar jelas sekalipun dengan samar ia melafalkannya. Lain hal nya jika ia harus melafalkanya pada raul. Nyaring bukan main.
Sudah takdir yang telah di gariskan, Raul selalu saja bangun paling akhir walaupun berkali kali sebuah usaha di lakukan untuk membangunkan nya. Joni dan rama tak dapat lagi menunggu, maka selalu ia berdua solat dengan memperoleh dua puluh tujuh pahala. Setelah mereka berdua melaksanakan solat biasanya waktu menunjukkan pukul 05.30. Sama hal nya dengan ku, joni dan rama pun kembali dalam pelukan kasur penuh kenikmatan namun hanya sesaat kemudian setelah itu semua berubah menjadi suasana pagi yang sibuk, ribut, karena waktu yang terus memburu. Ketika ini terjadi kami tak lagi memperhatikan raul apakah ia telah bangun menunaikan solat subuh atau kah masih mendengkur di atas kasur nya. Tak ada waktu untuk kami bertiga mengurusnya, kami telah sibuk dengan tugas kami masing masing.
Waktu semakin memburu. Rama telah sibuk di dapur mengiris tahu tempe dan sayur untuk sarapan pagi kami. Dengan sebuah pisau Aku turut membantu nya memotong motong sayur. Joni sibuk mondar mandir kesana kemari hanya sekadar memastikan tak ada yang kurang untuk pagi ini. Tapi nyata nya ia justru lupa bahwa ember persediaan kami kosong dari bulir bulir beras.
Ya Allah desta!!! Beras kita habis. Mampus kita. Tepok jidat berkali kali di hadapan ku. Bingung kesana kemari mencari kunci motor. Tunggu sebentar aku akan membeli beras!! Ucapnya, kemudian cepat ia pergi. Tak ada tanggapan yang berarti untuk beras habis, karena waktu masih cukup untuk menanak nasi yang di perkirakan akan masak sempurna sebelum waktu mengharuskan kami berangkat menunaikan aktivitas kami masing masing.
suasana pagi yang mengesankan dalam sebuah villa yang berpenghunikan empat bujang mendekati lapuk. air hujan yang turun semalaman masih membekas di teras depan villa, di pagar samping villa, di daun daun pohon jambu depan villa membentuk bulir bulir air yang menyejukkan tatkala mata memandang, pantulan sinar matahari pagi turut menghiasi di dalam nya. Di tambah lagi udara pagi yang merasuk kedalam jantung.
wuusshhh,,,,, aku menghembuskan karbondioksida dari dalam paruku, berdiri tepat di ambang pintu depan villa sembari menunggu joni tiba dari memebeli beras.
raul kami tak tau kisahnya, sudah kah menunaikan solat atau belum. semelintasnya aku di depan kamar menuju pintu depan saat hendak menunggu joni ia masih terbaring di atas kasurnya, tapi melihat rambutnya yang basah pasti ia sudah solat. Bagaimana tidak kesal, dengan tanpa berdosa ia melanjutkan tidurnya sementara kami berkelut dalam kesibukan pagi.
Cepat cepat cepat!!! Tingkah ku macam densus 88 yang hendak memburu teroris. Dengan cepat Joni mengulurkan beras pada ku sembari mengimbangi motornya yang hendak roboh yang juga tak kalah cepat aku segera berlari menuju dapur kemudian mengolah dan memasukkan beras itu kedalam magickom. Ceklek tombol magickom beralih ke indicator cooking. Dua puluh menit beras akan berubah menjadi nasi.
Joni Di mana Kau menaruh bawang??. Rama bersuara keras pada joni.
Dan lagi, tingkah yang sama di tunjukan oleh joni seperti saat ia baru tersadar berasnya habis. Hilang macam hantu ia kembali keluar mengendarai motor nya. Bukan hantu suster ngesot yang bergerak lamban tapi sebaliknya. Persediaan bawang merah dan putih jugalah habis. Padahal semalam aku dan joni mampir di salah satu penjual sayur pinggir jalan sebelum pulang ke villa membeli sayur mayur yang pagi ini kami mengolah nya. Sempat kami berdua saling bertanya, mencoba mengingat ingat apakah yang belum terbeli dan bahan bahan yang habis di dapur villa namun bila lupa tetap lah lupa. Karena orang yang lupa berarti tidak ingat. Itu hukum nya. Dan orang yang ingat tidak sepenuh nya tidak lupa karena ingat juga ada yang sebagian.
Cepat jangan lama lama tegas ku!!!
Dari kami bertiga nampak nya joni yang paling kesal dengan raul karena berkali kali aku menyaksikan ia menggedor gedor pintu kamar setiap semelintasnya ia di depan kamar dalam kesibukan nya wora wiri memastikan kelengkapan kebutuhan pun saat joni bergegas membeli bawang. Ada sebuah sejarah antara mereka berdua yang mengantarkan raul turut hidup dan tinggal satu atap dalam villa.
dor dor dor dor.... memukul mukul pintu. Bangun bangun bangun!!! Teriak nya
Jika kami adalah sebuah keluarga, nampak nya memang pas dan sedikit wajar jika seorang anak terakhir (raul) berkelakuan demikian. Kami menganggap nya sebagai anak bawang jika lau dalam sebuah permainan. Namun tetap saja rasa kesal terkadang muncul oleh karena sifat nya yang jarang sekali membantu, terlebih di saat pagi sibuk seperti ini.
Rama masih sibuk dengan sayurnya, berkali kali aku mengamati magickom lampu indicator tak kunjung beralih alias masih saja dalam posisi cooking sementara aku harus segera menyetrika baju kerja ku yang kusut. Masalahnya dalam villa tak bisa menggunakan secara bersamaan alat elektronik yang berdaya besar macam setrika dan magickom.
Kemana Joni membeli bawang? Kesal wajah rama bertanya pada ku. Waktu semakin berlalu sementara sayur tak akan bisa masuk ke dalam sebuah wajan tanpa terlebih dahulu ada bawang merah bawang putih di dalam nya sebagai sebuah bumbu.
Entah lah,,, jangan jangan motor cbrnya kembali mogok ucap ku. Akhir akhir ini joni di buat pusing oleh motor cbr baru nya yang seringkali mogok. Tetap mengalami mogok walaupun sudah Beberapa kali masuk bengkel. Montir kurang pengalaman ucapnya bernada kesal kepada kami saat sering sering nya ia mengeluhkan motorr cbrnya. Aku tak bisa diam menunggu joni yang lama membeli bawang, aku manfaat kan waktu mencuci piring piring kotor di dapur sembari menunggu beras dalam magickom hingga masak sempurna kemudian aku dapat menyalakan setrika. Raul masih saja terbaring di atas kasurnya.
Tak ada perbincangan menarik selain perbincangan soal wanita, soal nasib
bujang, soal keluhan kehidupn, soal mungkinkah kami akan menikah. Seperti itulah
perbincangan yang selalu kami dendangkan di pagi pagi seperti ini, berbincang
sembari berkelut dengan kesibukan di dapur. Di iringi oleh play list lagu lagu
yang terkadang mengena dalam kehidupan kami.
Coba dengar bang rama! Ucapku
Bang rama terdiam sejenak, dengan khikmat mendengarkan lagu yang sedang
terlantun. Wajah nya seketika berubah saat memahami lagu itu mengena di
kehidupannya.
Sebuah lagu yang menceritakan kepedihan seorang bujang yang di tinggal
menikah oleh wanita pujaan nya. oleh karena sang bujang tak memiliki kemampuan menikahinya.
Sial nian nasib kau bang.
Iya hanya tersenyum.
Setiap pagi di setiap hari kerja karena di hari libur waktu tak lagi
memburu dan kami pun bisa sedikit bermalas malasan. Berkelut di dapur bisa saja
kami lakukan di jam sembilan sepuluh sebelas dua belas bahkan seharian kami tak
masak kemudian muncul di koran sebuah berita empat bujang mati mengenaskan
karena tak makan.
Suasan melow di pagi hari tiba tiba menjadi panik oleh ulah raul, ia
berlari dari depan villa menuju dapur . mencoba berbicara namun nafas tersengal
sengal.Kenapa ul. Ucap rama
Ada uu,, uu... uu..uulaarrr... kayu kayu, mana kayu. Epat cepat.
Ceritanya, setelah terbangun dari tidurnya raul hendak memindahkan motornya
yang terparkir di depan villa. Agar memudahkan ia ketika akan berangkat sekolah
karena halaman depan villa sedang tergenang oleh banjir. Namun betapa raul
terkejut saat melihat ular berkelebat di dalam air sontak ia panik karena tak
ingin ular itu masuk kedalam matornya. Berlarilah ia ke dapur guna memberi tahu
perihal ular ini.
Raul mengambil kayu di belakang pintu dapur kemudian ia berlari ke depan. Aku
dan rama mengikutinya.
Mana ul ularnya, mana? Aku tak melihat adanya keberadaan ular di depan
villa yang t ergenang banjir.
Itu itu itu.. raul menunjuk nunjuk ke air dengan panik ia memukul mukulkan
kayunya secara tak terkontrol ke dalam air. Aku dan rama tak melihat adanya
ular. Namun setelah sesaat akhirnya aku melihat sesuatu berwarna hitam
berkelebat di dalam air. Kami sempat kehilangan keberadaan ular itu saat joni
tiba dari membeli bawang.
Jonii kau jangan melintasi air!! Ucap
ramaAda apa ini?Menjauhlah. Ada seekor ular di dalam air.Bawang mu, cepat lempar joni.... cepatIya cepat lah lempar joni. Macam mana kita ni masak tanpa bawang. Aku menambahkan.Gimana aku mau melempar, bawang ini berat. Aku takut bila tak sampai.Aihh,,, sudahlah cepat lempar.
Itu ularnya!!! Raul kembali melihat ular itu hanyut terbawa aliran air. Kembali
tak terkontrol memukul mukul air yang membuat percikannya berhamburan mengenai
badan kami.
Raul!! Macam man kau pukul air, tengoklah ularnya. Jangan kau pukul
sembarangan. Raul tak menghiraukan ucapan ku.Cepat lah joni lempar bawang itu, cepat.Joni masih saj berpikir panjang..Ayalaaahhhh,,, rama kesal pada joni.
Akhirnya joni pun melempar bawang itu... wushhh terlempar ke udara, namun
ironisnya tersangkut oleh ranting pohon jambu depan villa. Andaikan saja
plastik pembungkus bawang itu berbahan tebal tentu tk masalah namun plastik
khas berwarna belang biru hitam pudar itu sangat lah tipis sehingga tersobek
saat tersangkut oleh ranting. Al hasil bawang pun berhamburan di atas banjir
tercampur bersama keberadaan ular itu.
Aihh bodohnya kau jon!!!
Cepat ambil, cepat!!! Sebagian bawang terlarut, jika masuk ke kolong parit
kami tak akan lagi bisa mengambilnya. Saat kami hendak memunguti bawang raul
mencegah dengan dalih keberadaan ular itu yang bisa saja mematuk dari dalam air.
Itu itu ularnya,kembali ia memukul mukul air semakin membuat bawang bawang yang terlarut mendekati
kolong parit. Kami melihat keberadaan ular itu, memperhatikannya dengan
seksama. Aku meraih sebuah kayu dari tangan raul kemudian perlahan menyentuhkan
kayu pada ular itu dari dasar air. Rasanya ringan tak berbobot, pandangan kami
samar samar terhadap ular itu hingga nampak begitu jelas ketika aku
mengangkatnya dan ternyata bukan lah seekor ular melainkan kain rontokan dari
sebuah keset villa kami.
Ya daaalaaahhhh.... bodohnya kau raul. Joni bernada kesal pada raul. Tak hanya
joni aku dan rama pun demikian. Mengapa baru pagi pagi sibuk seperti ini raul
membuat ulah.
Jika di dalam air memang sepintas mirip ular.
Bawang kita bawang kita!!! Cepat ambil bawang bawang itu. Rama mengingatkan
kami pada bawang. Aku pun mendorong raul tercebur dalam banjir. Cepat kau
ambil. Ucap ku, ini ulah mu.
Lima sampai sepuluh bawang yang terselamatkan sementara sisanya masuk
kolong parit terbawa aliran arus. Sial nian.
Cepat rama kau lanjutkan tugas mu di dapur, waktu semakin memburu. Kau raul
cepatlah mandi jangan lagi kau membuat ulah. Joni memberi komando.Kamar mandi kami Cuma satu jadi untuk berak di pagi hari harus berpikir dua
kali jika tak ingin pintu kamar mandi di gedor gedor.
Setiap pagi dan hampir setiap hari kesibukan di sebuah villa menjadikan
suasana pagi yang yang di rindukan, esok jika lau kami berpisah oleh karena
harus menjalani kehidupan kami masing masing. Sebuah cerita kehidupan empat
bujang yang di persatukan oleh latar belakang nasib serupa.
Matahari beranjak dari peristirahatannya, cahayanya menembus jendela
jendela depan villa menerpa empat bujang berpakaian dengan masing masing
seragamnya yang sedang duduk di ruang depan villa sembari memegang piring di
tangannya masing masing. Ya, sarapan bersama. mengawali kami memulai aktifitas.
Setelah ini satu persatu kami akan meninggalkan villa dengan rutinitasnya
masing masing. Hingga sore kembali memepertemukan kami.
Komentar