Langsung ke konten utama

KETIKA AKU PULANG

Ketika aku pulang

Ketika aku pulang, kemanakah aku pulang? Tempat pulang terindah tiada lain tiada bukan adalah rumah kita yang orang orang tercinta berada di dalamnya. Ayah, ibu, adik, kakak sebuah anggota keluarga terkecil. Bagi orang orang yang tinggal tak satu atap dengan keluarga atau yang sedang merantau atau karena keharusan tinggal di mess oleh tuntutan pekerjaan. Namun tak satu pun bagi ku dari tiga alasan tersebut yang membuat ku tinggal tak satu atap dengan sanak keluarga. Banyak alasan yang tak bisa aku jelaskan namun setidaknya satu alasan aku seorang yang lebih suka hidup sendiri menjadi faktor paling kuat dan perlu untuk di ketahui. Sudah membunuh sedikit rasa penasaran kan?. Syukurlah kalau sudah. Kesendirian telah melekat dalam diriku semenjak kecil oleh karena jalan hidup kedua orang tua ku yang semakin hari semakin menumbuhkan kecenderunganku merasa lebih bahagia jika hidup seorang diri. Terkandung di dalamnya adalah sebuah tantangan hidup, perjuangan hidup, belajar terus menjadi seseorang yang lebih mandiri menjadi seni sekaligus warna dalam hidup yang sayang bila di lewatkan begitu saja. Bukan berarti hidup sendiri menjadi sebuah saran dari ku untuk mu itu bukan. Kerena setiap manusia memiliki cara berbeda memperoleh kebahagiaan. Tak jarang aku menemukan kesulitan kesulitan dalam menjalani hidupku namun tak selalu semua yang dirasa sulit akan tersa sulit selamanya. Hanya butuh kesabaran, keterbiasaan hinngga akhirnya sesuatu kesulitan yang terasa berat di awal justru berkonotasi pada akhirnya. Yap, kebahagiaan selalu menyertai sebuah kesulitan. Firman Allah yang selalu aku percaya bahwa Allah maha bijaksana tak terkecuali bijaksana dalam memberikan jalan hidup bagi hambanya, Allah memiliki maksud yang kemudian kita menyebutnya sebagai hikmah setelah kita bersabar dan berusaha melalui cobaan dalam hidup yang kita lalui. Di antara hikmah yang kita peroleh adalah menjadi orang yang lebih kuat, orang yang lebih lapang dada menjalani hidup, orang yang lebih bersyukur, orang yang lebih perasa, orang yang lebih sabar, dan yang pasti kita menjadi orang orang yang lebih bertakwa di hadapan Allah swt. Yang terakhir inilah yang menurutku sebuah goal yang harus kita capai. Semoga aku dan pembaca senantiasa menjadi orang orang yang bertakwa. Amin ya robbal alamin. Ngemeng ngemeng aku mau nulis cerita apa tadi ya kok malah jadi kayak orang ceramah ya? ya beginilah jika lau menulis terkadang tak bisa aku selalu berada dalam konsep alur cerita yang telah aku tetapkan sebelum menulis. Inspirasi yang muncul di tengah tengah proses aku menulis juga sayang rasanya bila hanya berlalu begitu saja. Barangkali inspirasi dadakan ini bermanfaat. Barangkali. Tapi bagi ku +apapun itu tuliskan saja, hehe.

Tak ada aturan waktu yang aku tetapkan untuk pulang kerumah. Kapan pun aku berkeinginan, ya pulang saja. Begitulah kiranya. Namun juga tak lepas oleh kesibukan kesibukan harian ku sebagai seorang yang mengemban amanat dari Allah swt sebut saja bekerja. Dan kesempatan yang telah Allah berikan pada ku untuk menuntut ilmu, sebut saja kuliah. dan kegiatan kegiatan lain di luar daripada dua kegiatan tersebut. Yang kesemuanya itu turut menentukan kapan waktu yang tepat aku pulang. mengapa kesahnya jadi seolah tinggal di suatu tempat yang jauh sekali dari keluarga padahal hanya perjalanan pulang selama sepuluh menit aku telah sampai rumah.

Waktu waktu kebahagian berkumpul dengan keluarga sangat terasa sekali saat semakin lamanya waktu memisahkan kami. Ketika rindu bersarang di dada tak satu pun mampu menjadi penghalang untuk ku pulang walau sekadar menengok adik adik ku yang masih kecil atau menengok kedua orang tua. Tak ada rasa kecewa dalam dada ketika ku pulang, justru sebaliknya sebuah kebahagian kebahagian aku peroleh dari hal hal sederhana. Setelah magrib adalah menjadi keseringan waktu ku berkunjung ke rumah biasanya seminggu sekali atau dua kali namun terkadang juga tidak sama sekali.

Mengendap endap, membuka pintu rumah secara perlhan agar tak satupun orang orang rumah mengetahui kedatangan ku terlebih jangan sampai vina dan aqila yang mengetahui kedatangan ku. dari awal membuka pintu suara ribut mereka berdua dari lantai dua terdengar jelas di telinga di tambah lagi teman sebelah rumahnya yaitu si faza. Di selepas magrib mereka sering bermain di lantai dua rumah sementara kakak kakaknya pada sibuk mengaji di masjid berjarak kurang lebih limabelas meter dari rumah. Usia mereka masih caberawit maka jadwal mengajinya di sore hari. Perlahan aku menaiki anak tangga senyap tanpa suara mengintip dari balik pagar tangga berharap salah satu dari mereka melihat ku. beberapa menit menunggu si qila pasti akan mengetahui keberadaan ku, dia lah yang paling awas terhadap kondisi lingkungan. Jika lau sudah seperti ini si qilla pasti akan berlagak ketakutan melihatku seperti monster yang siap menerkam maka dengan cepat ia memberi tau keberadaan ku pada kakaknya si vina. Keseringan si vina tak menggubris karena asik bermain dengan si faza. Aku terus menyelinap mendekat di sela kelalaian pandangan qilla terhadap ku. bersenbunyi di balik pintu kamar lantai dua, sesekali menampak kan sebagian wajah ku yang membuat nya merasa takut kemudian berdesal desal bersembunyi di balik badan si vina.

Ada mas oding viinn.. ada mas oding. Vina keseringan tak percaya dengan ucapan adiknya. Butuh beberapa menit membuat vina menggubris celotehan adik nya. Sesekali aku tetap menampakkan wajah ku tanpa sepengetahuan vina dan faza. Dengan beraneka ekspresi wajah seram.

Baaaa!!!!..... cepat aku keluar dari persembunyian ku, bak monster berjalan mendekati mereka bertiga sembari melebarkan kedua tangan ku yang siap menerkam ketiganya sekaligus. Tak ada yang bisa mereka perbuat sekalipun berlarian kesana kemari ujungnya tetap juga mereka terpojok di sudut dinding. Qilla yang paling kecil jugalah sangat lincah berlari menghindar usianya menuju empat tahun. Terpojok di sudut dinding berdesal desal memperebutkan posisi paling belakang berteriak histeris sekuat tenaga. Aku tak menggubrisnya tak mengurangi sedikit pun peran seram yang sedang aku mainkan, mulut ku semaikin keras menggeramm.

Hrrrr... hrrr.... mau lari kemana lagi hah!!?? Aku mau tngkap kalian, hrrr hrrrBerebut mereka menarik, mengambil apapun yang ada di atas kasur seperti selimut, bantal, guling, dan apapun itu. Menutup wajahnya masing masing. Berteriak sembari ketawa cekikikan ketakutan.

Hap.... kena kamu semu!! Menangkap mereka bertiga dalam dekapan ku yang kuat melawan dengan sekuat tenaga berkeliat, meronta ronta membebaskan diri sembari berteriak nyaring sekali.

Dalam berlangsungnya proses sandiwara kami, seringkali suara teriakan sang ratu rumah alis ibu terlontar dari bawah lantai satu.

Hey!! Qilla, vina, suaranya itu lohh!!!! Malam malam teriak teriak.

Menanggapi teriakan itu terkadang vina dan qilla saling menyalahkan. Kamu sih teriak teriak. Kamu, kamu, kamu. Berebut saling menuduh yang padahal keduanya sama sama berteriak dan yang patut di persalahkan semestinya adalah aku yang mendapatkan hiburan lucu dari pertengkaran mereka berdua. Tapi bersandiwara macam ini cukup menyenangkan hati sekalipun lebih kepada menggoda, dan memperseterukan mereka.

Begitulah adegan yang sering aku mainkan pada mereka saat berkunjung ke rumah. Seorang monster kelaparan, menyeramkan sedang mencari mangsa.

Sebentar lagi anggota lain (adik adik ku) akan berdatangan setelah mereka selesai mengaji. Dan aku harus bersiap menyaksikan perang dunia ke tiga. Dedi selalu saja minta berjabat tangan setiap bertemu dengan ku, inilah hal aneh darinya yang lain dari pada saudaranya yang lain meskipun terlihatnya baik seorang adik selalu ingin berjabat tangan dan mencium tangan kakaknya tapi jika di lakukan di setiap kali berjumpa tentulah terasa aneh yang terkadang membuat ku tertawa sendiri. Kena penyakit apakah gerangan nih anak. Sering melakukannya saat Bertemu di rumah, bertemu di jalan sekalipun aku sedang berada di atas motor. Hal baik dari keanehannya ini adalah menularkan keinginan berjabat tangannya pada kakaknya yaitu si ade. Jika ade melihat dedi berjabat tangan dengan ku maka otomatis adepun pun berlaku demikian. Menjadi dampak positif bagi si ade yang rada nakal dan jarang sekali menjabat tangan ku sebagai seorang kakaknya. Jangankan pada ku pada bapak mamake pun demikian.

Beberapa kali aku menjumpai perang dunia ke tiga ini aku jadi faham bagaimana awal mulanya peperangan ini di mulai. Si dedi selalu menjadi musuh bagi si vina maka ketika bertemu entah siapa yang lebih dulu sering memulai. Sedikit pun terjadi kesalahan di antara mereka berdua seperti salah senggol akan menimbulkan ke gaduhan, keduanya tak henti hentinya saling olok mengolok. Si aqilla turut serta dala peperangan ini dengan membela kakak perempuannya si vina. Beberapa menit kemudian akan berlangsung adegan saling pukul memukul saling berkejar kejaran yang membuat rumah mulai gaduh. Bala bantuan untuk vina kembali datang saat si ade kakak satu tingkat dari si dedi muncul setelah menyelesaikan ngajinya di masjid samping rumah. Antara ade dan dedi jugalah musuh bebuyutan seperti halnya si vina maka mengetahui perseteruan antara vina dan dedi menjadi kesempatan bagi si ade untuk turut menjaraki si dedi. Al hasil untuk sementara ini terjadi peperangan antara dua kubu yang tak seimbang. Aku sendiri tak tau penyebab terjadi persekutuan antara ade vina dan aqilla, mereka semacam memiliki kongsi di balik kerjasama saling memperkuat dalam peperangan ini. Namun jangan remehkan kekuatan si dedi karena ia memiliki kekuatan terbesar dari kekuatan kakak ke duanya si nanda karena usianya yang sudah di bangku smp yang tak lain dan tak bukan adalah kakak satu tingkat dari si ade. Sebentar lagi ia akan datang di saat waktu menjelang isya karena di saat ini biasanya ia akan menunaikan kebutuhan emergencynya yaitu mbadok (makan). Namun sebelum menunaikan kebutuhan emergencynya itu terlebih dahulu ia mengamati situasi rumah. Melihat peperangan macam ini ia segera mengambil tindakan oleh karena sikapnya yang lebih dewasa dari dari adik adik nya. Tapi sikapnya yang lebih dewasa itu tak berpengaruh saat perasaan yang di ciptakan berdasarkan takdir (kiranya begitu) yaitu sebuah rasa ketidak akuran yang pasti terjadi antara seorang kakak dan adik di keluarga manapun pasti berlaku demikian. Maka melihat peperangan antara dua kubu yang kubu satu terdiri oleh sekutu vina, aqilla dan ade melawan kubu dedi seorang diri nanda pun turut serta dalam peperangan itu. Ia langsung mengambil alih komando di kubu si dedi guna melawan ade selaku pemilik kekuatan terkuat dalam kubu vina. Peperangan pun semakin ramai, sebenarnya musuh si nanda hanya lah si ade tidak untuk kedua adek perempuannya yang paling kecil sementara musuh si dedi yang sebenarnya adalah si vina adik satu tingkatnya. Maka berlangsunya peperangan ini akan terpecah menjadi dua yaitu nanda vs ade dan dedi vs vina+aqilla.

Suasana rumah semakin ramai dan memanas dedi dan vina terus saja saling olok mengolok sesekali beradu fisik dengan saling pukul memukul. Perlawanan si dedi seringkali terhalang oleh si aqilla adik terkecilnya yang senantiasa membela dan membantu si vina di tengah tengah proses peperangan.

Ibuuuukkkk dedi naa ngucill,,, si vina berteriak berharap pembelaan dari mamake qilla pun juga demikian selalu menirukan ucapan si vina dengan cara berbicaranya yang sering cadel sembari mulutnya monyong monyong karena berusaha bersuara dengan nada tinggi nan nyaring.

Mana ada aku!!! Orang kamu kok yang mulai duluan. Si dedi melontarkan kalimat pembelaan. Namun tetap saja tak menghentikan peperangan yang justru semakin memperburuk peperangan. Karena mamake sendiri sudah terlalu capek menghadapi peperangan macam ini yang kerap kali terjadi. Menunggu ada yang menangis dari salah satu keduanya barulah timbul tindakan dari mamake itupun hanya sekedar peleraian biasa oleh sebuah kata kata.

Tuu kan sudah ibuk bilang pasti nanti ada yang nangis!!! Jika sudah seperti ini peperangan sedikit mereda namun namun tetap peperangan mulut terjadi hanya sesekali di sela sela isak tangis masih saja melontarkan kalimat olok olok kan dan pembelaan diri.

Dasar dedott!! dasar dedoot!!

Dari pada kamu pintul!! Dedi membalas.

Sementara peperangan si nanda dan si ade tak serumit dedi dan vina, hanya berlangsung beberapa saat saja. karena sudah dapat di prediksi si nandalah yang pasti menang. Si ade hanya akan bisa berlari keluar rumah sembari melontarkan kalimat kalimat olokan. Berbeda di saat mereka dulu masih kecil peperangan selalu di menangkan oleh si ade karena si nanda sebagai seorang kakak di tuntut lebih sering menglah pada si ade yang masih balita tak jarang dulu si nanda sering menangis oleh karena seringnya mendapat gigitan dari si ade entah di lengan, di perut, di kaki dan bagian anggota tubuh yang lain. Tapi sekarang si nanda tak aka pernah mau lagi mengalah. Begitulah salah satu moment yang sering aku jumpai KETIKA AKU PULANG. masih banyak moment moment menarik lainnya ketika aku pulang. di atas hanya menceritakan moment peperangan.
KUBU SATU




KUBU DUA

Komentar