Dalam kehidupan kami
sebagai anak panti asuhan tak membuat kami terlepas oleh sebuah kehidupan yang di
dalamnya hadir sebuah cinta. Cinta menjadi bahagian warna yang menghiasi
kehidupan kami berempat (aku, kasen, vino dan rendra) dengan nya hidup kami
menjadi sempurna. Bagaimana tidak? Ternyata kami menyadari bahwa sebuah cinta
mampu menghapuskan bahkan melupakan sepenuhnya penderitaan penderitaan hidup
kami di masa kecil yang hidup tanpa kasih sayang oleh kedua orang tua. Kerasnya
hidup kami menjadi anak panti bersama kak esa dan bunda lena. Cinta, kami tak
ingin melepasnya. Bagi kami cinta adalah satu kesempatan yang menjelma sebagai
sebuah anugrah dari tuhan yang maha esa begitu sangat berarti bagi kami anak
panti. Hidup serba keterbatasan membuat kami sangat bersyukur akan hadirnya
anugrah dari tuhan ini dalam wujud wanita wanita yang bersedia membuka,
menyediakan ruang di hatinya untuk kami anak panti. Menerima kami apa adanya
bukan ada apanya.
Usia kami sudah cukup
dewasa untuk dapat memulai bahkan menjalin sebuah hubungan kedekatan dengan
seorang wanita. Kak esa dan bunda lena pun telah maklum, membiarkan kami
bergerak bebas berkelana dalam hidup mencari cinta saat dulu hampir di setiap
nasihatnya untuk kami adalah jangan jangan dan belum waktunya. Ya, belum
waktunya kami menjalin sebuah hubungan saat usia kami yang menurut kak esa dan
bunda lena masih dalam ranah usia rentan.
Ingat kata bunda! untuk
saat ini bunda tak mengijinkan kalian menjalin sebuah hubungan dengan wanita.
Cam kan itu di telinga kalian, percayalah dan turuti kata bunda. Berfokuslah
pada sekolah kalian. Tapi bukan berarti bunda tak mengijinkan kalian mengenal
cinta, bukan!. Bunda lena mengacungkan jari telunjuknya di hadapan kami yang
sedang duduk di kursi makan dengan meja melingkar. Saat itu kami sedang makan
siang bersama. kak esa hanya tertawa kecil memperhatikan tingkah kami di sela
sela memasukkan sendok berisi makanan ke mulutnya oleh karena nasihat bunda
lena. Setiap manusia pasti tertimpa oleh perasaan suka, tertarik dan jatuh
cinta pada seorang wanita dan itu adalah sebuah kewajaran sekaligus manusiawi.
Silakan kalian terbuai olehnya, tapi yang bunda tak inginkan adalah bagaimana
kalian mewujudkannya setelah perasan itu. Tegas bunda lena menghunjamkan kokoh
telunjuknya di pandangan kami dengan sorot mata serius. Kalian tau kan artinya?
Tanpa bunda perjelas kami mengangguk mahfum. Kami tak boleh pacaran, begitu
maksudnya. Yang membuat kami tak habis pikir mengapa bunda lena dengan usia
sudah tua masih saja mengurusi masalah cinta kami.
Namun seiring berjalannya
waktu kami menyadari betapa pentingnya nasihat bunda lena. Ternyata bunda
memang benar setelah kami mengetahui dari hasil riset konyol kami yang berjudul
“CINTA DINI”. Hasilnya adalah orang orang yang menjalin hubungan di usia
sekolah lebih banyaknya adalah menjalin hubungan dengan lebel CINTA MONYET yang
artinya cinta sesaat tak bertahan lama. Apa yang di dapat selain dari
keterpurukan bagi yang di tinggalkan belum lagi rasa sakit di berlangsungnya
menjalani proses sebuah hubungan oleh karena bekal pemikiran yang belum dewasa.
Begitulah yang kami dapat dari riset konyol kami terhadap teman teman sekelas
kami yang dalam berlangsunya riset kami harus begitu hebat menjaga iman oleh
karena godaan godaan dari bagaiman teman teman kami menjalani hubungan
berpacaranya itu. Mereka melakukan sesuatu yang romantis di depan mata kami
sementara yang bisa kami lakukan adalah saling peluk memeluk antara satu sama
lain sesama lelaki. Aku seringkali jijik oleh vino yang selalu saja memeluk ku
tatkla virus baper menyerangnya.
Jauhkan tubuh mu,
jauhkan!!!
Ayo lah sayang, ayo lah...
merayu rayu macam om om hidung belang dengan mulutnya yang monyong monyong.
Kasen jugalah tak ubahnya
vino dalam tindakannya kepada rendra.
Saat ini usia kami telah
dewasa, dan siap dalam menjalin hubungan. Lampu hijau dari bunda lena. Masing
masing kami telah memiliki kekasih setelah bertahun tahun menjomblo oleh karena
patuh terhadap nasihat bunda lena. Kami kuliah telah sampai di semester akhir
dan sebentar lagi akan segera melangsungkan wisuda selain itu kami jugalah
memliki pekerjaan yang cukup menjanjikan demi kelangsungan hidup kami secara
mandiri. Saat dulu bunda lena melarang kami justru sekarang bunda lena lebih
sering menanyakan hubungan kami.
Siapa kekasih kamu,
bagaimana hubungan kamu dengan nya, kenapa tak kau ajak kekasihmu main main ke
panti? Bunda jugalah ingin melihatnya. Begitulah pertanyaan pertanyaan bunda
lena pada kami. Kapan kau berencana akan menikah? Jleeebbb ini adalah sebuah
pertanyaan yang begitu menantang, aku sendiri menyadari betapa beratnya menuju
jenjang pernikahan mulai dari persiapan biaya, mental, dan landasan hubungan
yang kuat. Vino pernah menjawab “kami berencana akan menikah massal bun, masih
menunggu jawaban rendra di pulau jawa apakah iya turut serta atau tidak” sebuah
jawaban yang konyol dari vino atas pertanyaan kapan menikah dari bunda lena.
Bunda hanya tersenyum kecil sementara kak esa yang juga mendengarnya menaggapi
serius.
Wahh,,, bagus dong, kakak
harap secepatnya!
Kami hanya bisa nyengir.
Vino berkekasihkan dengan
sarah teman satu kelasnya di kampus, ia lebih sering membawa sarah ke panti.
Dari sudut pandang ku sarah adalah wanita yang baik, pendiam dan sabar.
Menurutku cocok sekali apabila di sandingkan dengan vino yang memiliki karakter
sering pecicilan dan terkadang konyol. Mereka akan saling melengkapi dan
mengimbangi sepertinya begitu.
Sementara kasen
berkekasihkan oleh seorang wanita yang tak lain tak bukan adalah gadis yang
tinggal tak jauh dari sebelah panti kami sebut saja tetangga kami, karena
memang begitu. Wulan namanya. Sebenarnya kasen dan vino sama sama menyukai
wulan, dari dulu sejak sma mereka saling bersaing. Dan bodohnya aku adalah
telat mengetahui perihal ini yang membuat ku saat itu pernah mengungkapkan
perasaan ku tentang wulan pada mereka berdua di tengah persaingan yang sedang
terjadi. Setelah mengetahuinya aku pun mundur pelan secara teratur tak ingin
terlibat dalam persaingan ini. Tentang mereka terhadap wulan kelakuannya sama.
Setiap pagi setiap wulan melintas di depan panti kami mereka berdua saling
berebut menggoda mencari perhatian wulan. Bersiul, bernyanyi dengan suara
nyaring bermaksud mengungkapkan perasaan nya melalui lagu yang sedang di
suarakannya, atau sok perhatian dengan menawarkan jasa pergi kesekolah. Wulan mengerti
soal batasan muhrim tak mungkin dia mau. Padahal wulan sendiri sebenarnya lebih
tertarik pada ku yang memiliki tabiat
lebih baik berapa derajat di atas kasen dan vino. Entah aku yang ke pede
an atau memang sebuah kenyataan, aku mengartikannya demikian terhadap
keseringan sikap wulan yang menatapku sembari tersenyum saat kasen dan vino
heboh meggodanya. Sementara rendra, kami tak tau tertarik kah tidak ia dengan
wulan. Rendra lebih tertutup soal cintanya lebih tertutup dari ku. wulan pun
demikian halnya dengan sarah, ia hampir serupa hanya saja wulan lebih mencair
saat bergaul dengan kami mungkin karena sejak lama kami telah bertetangga.
Beberapa minggu yang lalu
saat bunda lena menanyakan tentang kekasih ku. Awalnya tak ada niat dalam benak
memberi tahu sipa kekasihku kepada bunda lena apalagi kepada kasen dan vino.
Hanya kak esa yang mengetahui kisah cinta ku, tak ada yang lain. Dengan nya kisah
cinta ku terjaga rapat karena aku telah meminta kak esa menjaga rahasia ini
ketika dengan terpaksa aku menceritakannya oleh karena kak esa yang begitu
hebat memaksa. Tapi aku merasa sudahlah saat nya, aku juga tak bisa terus
terusan menutupi nano nano rasa yang bergejolak dalam dada. Ya, sebenarnya aku
belumlah berkekasih melainkan baru sekadar memiliki ketertarikan terhadap seorang
wanita.
Siapa siapa? Vino dan kasen
serempak memburu ku. saat itu kami sedang berkumpul di ruang tengah panti
sembari menonton televisi. bunda lena turut serta dengan kami duduk di sebuah
sofa. Entah bagaimana hingga perbincangan kami mengantarkan bunda lena
mempertanyakan soal kekasih ku.
Pasti si anu, si inu, si
oni, si uni, si ani, si eno.... membabi buta kasen dan vino menerka nerka satu
persatu wanita yang menurutnya mempunyai hubungan kedekatan dengan ku.
Tidak satu pun dari mereka!
Tegas ku.
Lalu siapa?
Tak penting kau
mengetahuinya sen.
Ouh,, begitukah di kau
kawan.. baiklah.
Tenang tenang... nanti kau
juga akan tau. Aku mencoba melegakan sementara hati kasen dan vino karena bila
tidak, berkemungkinan aku akan segera menerima kejahilan dari mereka berdua. Bunda
lena hanya terdiam dengan raut wajah penasaran.
Apakah kalian ingin tau siapa
kekasihnya?? Kak esa bersuara saat kepalanya nongol dari ambang pintu ruang
tengah.
Gimana sal, apakah kakak
boleh bersuara?
Haduuh... bergumam dalam
hati. Aku Melototkan mata, melontarkan sebuah tanda. Tapi percuma karena tetap
saja tak dapat aku menghentikan kak esa untuk bersuara.
Dengan bergaya lebay : Jadi
begini ya, desal itu suka sama perempuan tapi dia gak berani bertindak, ya tau
sendiri kan dia anak cemen. Eh tunggu, alasannya sih karena desal gak mau
terburu buru. Katanya sih kalau desal siap dia mau langsung lamar. Widiiihhhh....
gaya kak esa semakin lebay di ikuti juga oleh tingkah kasen dan vino membuat
kupingku semakin panas. Bunda lena tersenyum senyum lebar. aku akui sajalah memang aku sedikit cemen.
Jadi cewek itu
namanyaaa..... belum sempat ia mengucapkannya ku bekapkan sebuah bantal besar
di mukanya sembari ku sorong sorong kak esa keluar ruang tengah. Kasen dan vino
menghalangi tindakan ku yang membuat kak esa sesekali sempat berteriak
melanjutkan ocehannya.
Dia berkacamata! berkulit
putih!
Terus kak terus... vino dan
kasen kegirangan, semakin brutal menghalangi ku. semakin beringas pula aku
membekap muka kak esa dengan bantal.
Berkerudung! tinginya
sebahu desal!
Namanya kak, namanya!!!
Aih,,, cukuuuppp....
kagebunsinn nojutsu!!! Keluar lah the power of terpendam ku yang membuat kasen
dan vino tersungkur di belakang ku bersama sebuah bantal di genggamannya. Sempat
baju ku di tarik olehnya yang hampir membuat ku turut tersungkur. Aku semakin
geram.
Yang pasti dia asli orang
kaimantan! Kalimat terakhir kak esa sebelum akhirnya ia berlalu meninggalkan
kami.
Huft.. lega hatiku, jika
lau kak esa sampai menyebut nama maka akan aku beri sanki padanya atas pelanggaran
kode etik menyiarkan sebuah rahasia yang telah di sepekati di jaga secara
bersama.
Lalu bagaimana dengan
rendra?? Seperti ku bilang setertutupnya aku lebih tertutup lagi rendra. Kami tak
pernah tau siapa kekasih rendra sebenarnya, jangan kan kekasih siapa wanita idaman
rendra pun kami tak tau. Dari kami sma kami tak pernah tau. Apalagi setelah
lulus sma rendra melanjutkan kuliahnya di pulau jawa membuat kami tak tau sediktpun
kisah cintanya. Rendra akan pulau di saat saat liburan semester itupun kalau
dia tidak sedang di sibukkan oleh kegiatan kegiatan di luar kampusnya yang
lumayan padat terlebih di semester semester awal.
Namun Di semester semester akhir hampir setiap libur
semester rendra pulang ke samarinda. Tak ubahnya aku kasen dan vino dalam hal
menanyakan soal hubungan asmara, bunda lena dan kak esa pun demikian. Bunda
lena memiliki alasan tersendiri mengapa ia begitu memeperhatikan soal asmara
kami, selain untuk menjaga kami selain dari pada itu adalah menjalankan hidup
secara terbuka di lingkungan panti tak terkecuali soal hubungan asmara. Dampak positif
yang kami dapatkan sangatlah baik contohnya saja si kasen dan vino yang
kekasihnya kini begitu akrab dengan bunda lena membuat bunda lena lebih mudah
memberikan nasihat nasihat agama, kehidupan dan nasihat nasihat baik lainnya. Menjadikan
hubungan asmara kasen dan vino berlangsung secara sehat dan terhindar dari sesuatu
yang melanggar norma agama dan etik di masyarakat.
Saat rendra pulang ke panti
dan saat moment berkumpul di malam hari saat itulah kami tak bisa terhindar
dari perbincangan yang meranah pada hubungan asmara. Kasen dan vino selalu
mendominasi dalam bercakap menceritakan hubungan asmara nya masingm masing
sedangkan aku lebih cenderung mendengar dan hanya bersuara sesekali itupun
ketika di pinta. Sementara rendra tak pernah satu malam dalam setiap moment
berkumpul kami bercerita tentang asmaranya, ia cenderung diam. Ada sesuatu hal
aneh terjadi dalam diri rendra hanya aku yang lebih memahami soal ini ketimbang
kasen dan vino. Rendra jugalah piaway dalam ciptakan tameng atas permasalahan
asmaranya membuat ku semakin penasaran. Hari hari saat rendra berada di panti
aku selalu membuntuti, memancingnya bersuara bahkan tak jarang aku membuat
rencana untuk mengajaknya berjalan jalan mengisi waktu liburnya selama berada
di samarinda. Walaupun hanya sekedar nongkrong di warung, menonton bioskop
hingga terkadang aku jugalah bertindak konyol di jalanan dengan mengjak kenalan
wanita wanita yang sedang berkendara dengan maksud agar rendra yang ku bonceng
di belakangku turut menggoda wanita. Namun tak pernah rendra melakukannya, ia
begitu menghormati seorang wanita.
Ren, gimana gadis gadis di
bandung?
Ya seperti yang kau tau
lah.
Adakah kekasih mu di sana?
Entahlah...
Payah kau ren, rugilah
cowok tampan macam kau tak punya kekasih. Cewek bandung pula, aihh. Jika lau
aku yang kuliah di sana pasti banyak awak punya kekasih.
Aku tak serendah kau sal
dalam menghargai, menghormati seorang wanita. Sesekali rendra membuka tutup
kaca helmnya saat berbicara pada ku.
Lalu mengapa kau belum
punya kekasih? Kak esa dan bunda sering menanyakan hal ini pada ku.
Entahlah, jika lau tiba
saatnya pastilah aku akan berkekasih sal. Lalu gimana dengan mu? Sudahkah?
Entahlah,, aku hanya
menunggu waktu yang tepat mengungkapkannya, tapi aku tak macam kau yang
tertarik saja belum.
Siapa sal?
Aku tak bisa mengatakannya
sebelum kau beri tau aku terlebih dahulu soal asmara mu.
Baiklah, aku tak akan lagi
bertanya.
Selalu saja begitu akhir
dari sebuah perbincangan kami berdua. Beberapa kali dalam liburan rendra pulang
ke samarinda aku tak mendapatkan jawaban atas asmaranya sekalipun dengan upaya
upaya yang telah aku lakukan. Diantaranya mencoba memeriksa isi hndphone yang
selalu gagal oleh karena terjaga rapat oleh sebuah pasword, selain itu tak
pernah sembarangan rendra menaruh handphonnya.
Yang aku ketahui soal
riwayat asmara rendra hanyalah rumor kedekatanya dengan seorang wanita saat
kami masih sma dulu. Aku lupa nama wanita itu, yang aku tau iya bersekolah di
sebuah sekolah favorit di kota samarinda. Sampai mana hubungannya aku tak
pernah tau karena rendra sendiri sosok lelaki penuh misteri. Saat dulu
mengetahui rumor kedekatan nya dengan wanita itu pun tak ada keklakuan kelakuan
signifikan yang terjadi di panti. Berbeda halnya dengan kasen dan vino yang
secara blak blakan mengungkapakan sebuah perasaan dengan ekspresi dan tingkah
tingkah yang aneh saat sedang jatuh cinta. Aku pun demikian namun tak terlalu
mainstrem macam mereka berdua. Jikalau kami bertiga jatuh cinta malam malam
kami akan penuh dengan sebuah puisi puisi yang kami suarakan dalam malam di
sebuah kamar panti yang terdapat empat anak sma di dalamnya. Puisi puisi itu
adalah puisi yang rendra tulis dalam buku catatannya. Demikianlah perbedaannya,
rendra yang pandai menulis puisi sementara kami yang menyuarakannya.
“Karya saudara rendra...”
begitulah kalimat terakhir di setiap kami membacakan puisi karangan rendra.
Rendra begitu piawai membuat sebuah puisi yang tak jarang kami sering
berprasangka bahwa puisi puisi karangannya itu hasil dari kisah asmaranya yang
sebenarnya.
Tidak, sebuah puisi tak
melulu mencerminkan kondisi hati dari pengarangnya. Kalimat yang selalu menjadi
dalih rendra untuk tidak mengakuinya dan menepis prasangka kami. Aku masih
ingat bentuk buku itu yaitu tebal dengan sampul berwarna coklat seperti buku
klasik/usang yang padahal tidak.
Buku itu, ya buku itu. Kini
hanya buku itu yang harus aku cari masih ataukah tidak buku itu aku harus
mencarinya. Mungkin buku itu lah pengungkap misteri cinta rendra.
Hari hari aku menyelinap di
kamar rendra, memeriksa isi koper, lemari pakaian dan apapun perabotan yang
rendra miliki yang memungkinkan buku itu tersimpan di dalamnya. Tak butuh waktu
lama, buku itu tersimpan dalam kopernya. Pasti ia selalu membawa buku itu
kemanapun ia berada. Aku hanya menunggu waktu yang tepat untuk membukanya,
menunggu rendra meninggalkan panti dalam waktu yang cuku lama. Kesempatan itu
aku peroleh saat rendra meninggalkan panti dalam rangka menemui bapak rahman
salah satu guru mengaji kami sekaligus menginap di rumah teman sma nya dulu. Selepas
isya rendra telah meninggalkan panti, aku menyusup ke dalam kamarnya segera
membuka koper yang terdapat buku catatan rendra di dalamnya. Suausana malam di
iringi hembusan angin yang menyusup melalui jendela kamar menelisik setiap sela
tubuhku sembari aku membaca puisi puisi indah karangan rendra. Masih ada puisi
rendra yang pernah kami baca dulu beberapa diantara nya berjudul “jatuh cinta” “jika
aku mencintaimu” dan “siapa yang ku pilih” sebuah puisi yang mengena pada kasen
dan vino saat memperebutkan wulan.
Indah,, fikiran ku terbawa
kembali ke masa lalu saat kami masih sma. Tersenyum kecil merasa lucu aku
mengingatnya. Lembar demi lembar aku terus membalik setiap halaman buku catatan
rendra hingga aku menjumpai sebuah kertas terpisah yang tak menyatu dalam buku
itu.
Saya telah berjuang dengan segala kemampuan yang saya miliki.
Kehilangan banyak waktu dari sesuatu yang penting dalam hidup saya untuk
dirimu yang menurut saya jauh lebih penting.
Mengihklaskan sebagian harta dari hasil kerja keras saya guna memenuhi
kebutuhan materi dalam menunjang kelangsungan hubungan kita.
Mengeksplorasi pikiran saya di tengah saya harus berpikir untuk hidup saya
yang berat guna selalu menghadirkan ide ide dalam menciptakan moment
kebahagiaan, kejutan, dan ungkapan ungkapan kasih sayang yang semua itu saya
sebut sebagai keromantisan.
Merendahkan dan mengorbanakan hati yang selalu saya lakukan untuk selalu
mengalah terhadap ke egoisan yang sering kali menusuk hati karena saya tau
kehilangan mu karena tingginya ego saya lebih dariada sekadar menusuk hati.
Mengerahkan seluruh tenaga dan potensi yang saya miliki untuk segera memperoleh
pekerjaan dan penghasilan menjanjikan guna menyegerakan ikatan halal kita. Guna
mewujudkan mimpi saya hidup bahagia sejahtera dengan mu di kemudian hari. Saya
tak pernah bermain akan hal ini.
Dan pada intinya apapun yang saya lakukan atas dasar memperjuangkan mu
adalah membuatmu tetap bertahan. Tak peduli sampai seperti apa saya harus
berjuang demi suatu kebahagiaan yang hanya bisa saya peroleh jika tetap bersamamu.
Namun pada akhirnya saya haruslah peduli pada diri dan menyadari bukan terhadap
perjuangan saya melainkan terhadap dirimu yang keras memilih pergi.
Saya tak pernah menyangka akan seperti ini jadinya. Mangharapmu kembali
menjadi suatu hal yang mustahil sekalipun berkali kali saya bertekuk lutut
memohon pada mu. Mengemis, barangkali sisa sisa cinta masih ada di hati mu.
Barangkali belaskasih mu pada saya masih terdapat di sana. Tapi keputusan
sepihak mu tetap tak bisa kau urungkan. Betapa dalam sekejap dunia saya seakan
gelap, tubuh saya bergetar hebat macam terpasung tak berdaya. Penyakit macam
apa ini?begitu hebat menyerang psikis, tak mampu mengendalikan akal. Logika tak
bekerja semestinya, harusnya saya pergi namun justru semakin besar usha saya
mengejarmu yang kencang berlari. Saya tak ubahnya orang gila yang kecenderungan
mengurung diri dalam kamar membiarkan kasur menyokong tubuh yang tak berdaya
berminggu minggu lamanya. Penyakit yang menyerang daya nafsu makan sehingga
menjadikan tubuh kehilangan daging berkilo kilo. Semakin gila membayangkan
sebuah harapan besar bahwa kau akan kembali pada saya seperti sediakala. Saya
merasa ini adalah akhir dunia saya, seakan tak ada celah kecilpun di dunia ini
sebagai ruang kebahagiaan saya.
Begitu hebatnya penyakit ini menyerang semakin hebat saat saya mengetahui
kau akan segera melangsungkan pernikahan dengan kekasih baru mu di saat hidup
saya bertahap mulai membaik kemudian mampu jika lau menikahimu. Rumor itu
bertubi tubi menghunjam telinga, menyakitkan, begitu amat menyakitkan. Hanya
butuh waktu sebentar untuk menunggu ku dan harusnya kau mampu. Tapi mengapa?
Apakah tak ada lagi cinta di hati mu walau hanya sedikit?. Sebuah tanda tanya
yang membuat setiap malam saya tidak tenang oleh perasaan kehilangan,
kekecewaan, kecemburuan, ketidak ikhlasan, penyesalan yang kesemua itu menjadi
satu dalam sebuah kesedihan teramat. Seorang diri di tanah rantau bandung.
Hampir tiga tahun lamanya hati ini mati rasa, hampir tiga tahun lamanya
berjuang untuk bangkit melawan trauma akan kesedihan teramat dan hampir tiga
tahun adalah waktu yang tak cukup membuat hati ini pulih sepenuhnya. Yang
barangkali dengan pulihnya hati, saya dapat kembali membuka hati memulai lembar
baru dan jatuh cinta yang menurut siapapun itu adalah satu satunya obat dari
kesakitan cinta.
Namun ironisnya entah trauma itu yang teramat kuat atau saya yang kurang
hebat. Membuka hati lalu kemudian jatuh cinta adalah suatu hal yang menjelma
menjadi sebuah phobia (menakutkan). Menjadi lelaki sejati adalah suatu keahlian
yang saya harus memepelajarinya dari awal di saat kecenderungan hati lebih
kepada “jangan” ketimbang “ayo mencoba”. Al hasil saya tak lagi bisa berucap
dan memperlakukan dengan baik terhadap seorang wanita oleh karena phobia yang
selalu melekat di kepala. Tak mudah percaya, selalu saja bercanda yang inti
dari kesemua itu adalah tidak inginnya hati saya masuk dalam ranah keseriusan
hubungan dalam jatuh cinta karena di situlah hati saya pernah hebat menderita.
Satu hal yang lebih ironis lagi adalah saat saya menyadari atas apa yang
telah saya lakukan yaitu bersikap tidak baik dalam berkomunikasi dan menjalin
kedekatan dengan wanita adalah menyia nyiakan kesempatan yang memungkinkan saya
kembali jatuh cinta. Sementara kembali mencoba memulainya dari awal adalah
mustahil oleh karena lebel keparat telah tersemat dalam diri saya. Entah berapa
banyak wanita yang menyebut saya sebagai lekaki keparat sekalipun keparat dalam
konteks biasa. Berkali kali saya melewatkan dan kehilangan kesempatan.
Bila saja waktu membuat saya jatuh cinta pada siapapun itu maka dengan
berani dan optimis saya akan memeprjuangkannya sekalipun yang ia tahu saya
adalah lelaki keparat. Biarlah saja, saya tak akan peduli demi rasa yang telah
lama saya nanti nanti “JATUH CINTA”. Saya tidak akan takkut lagi JATUH CINTA
namun tidak pada mu, TIDAK. Tidak ada lagi dirimu di hati ku maya.
Saya pernah begitu percaya hingga akhirnya membuat saya begitu bahagia.
Namun oleh karenanyalah juga rasa sakit begitu hebat menyiksa.
Mungkin itu yang membuat saya enggan bahkan tak tertarik ciptakan
kesempatan kedua.
Sekalipun janji janji manismu begitu menggoda.
Rendra 15 desember 2015.
Maya, aku mulai mengerti siapa maya. Dugaan ku tak akan salah, maya adalah
wanita yang di rumorkan menjalin hubungan kedekatan dengan rendra saat sma
dulu. Aku baru mengingatnya. Aku tak menyangka bahwa rendra seserius ini
padanya. Inilah penyebab sesungguhnya asmara rendra yang membuatnya sulit jatuh
cinta sekalipun banyak wanita yang suka padanya. Masa lalunya masih kuat
mengekang, membayang bayang dalam kepalanya. Selalu membuatnya bersikap dingin
seolah tak terjadi apa apa dalam hatinya yang pernah hebat terluka. Rendra aku
telah mengerti sepenuhnya tentang mu.
Segera aku menutup buku catatan rendra meskipun belum sampai aku membacanya
hingga halaman terakhir. Sudah cukup bagiku surat ini sebagai pengungkap
misteri cinta rendra.
Komentar