Langsung ke konten utama

love STORY Kedang Ipil

Assalamualikum wr wb.

Malam ini saya akan membuat atau menulis cerita tentang kedang ipil. Yang belum tau apa itu kedang ipil saya akan memberi tahu sedikit. Kedang ipil adalah sebuah desa di kecamatan kota bangun kabupaten kutai kartanegara. Apa istimewanya kedang ipil? Mungkin pertanyaan ini nyeliwer di kepala agan atau sista sekalian. Sebenarnya saya juga tidak banyak mengetahui mengenai kedang ipil namun bermodalkan minim informasi yang saya miliki dari dua hari keikutsertaan saya dalam trip kedang ipil akan memberikan informasi pada agan and sista walaupun Cuma sedikit. Lebih baik sedikit namun di sampaikan dari pada tidak sama sekali, bener to. jadi di desa kedang ipil ini budaya dan tradisi masih terjaga kelestariannya selain itu desa ini juga memiliki potensi wisata dengan keberadan air terjun yang bernamakan kendua raya. Budaya dan anugrah alam di rasa sudah pas banget untuk menjadikan  desa ini sebagai desa wisata. Di dukung lagi oleh terbentuknya pokdarwis (kelompok sadar wisata) dari masyarakat desa setempat. Satu lagi yang kiranya menarik untuk di ketahui dari desa ini adalah toleransi yang sangat tinggi dalam kehidupan bermasyarakat antara dua agama berbeda yakni katolik (mayoritas) dan islam (minoritas) presentasinya saya belum tau. dua keyakinan yang saling berdampingan ciyee SO SWEET. Oh iya tak lupa yang menarik adalah macam macam kegiatan masyarakat desa kedang ipil seperti proses pengambilan air aren. Orang kedang ipil menyebutnya ngentul aren (bacanya ngentul dengan aksen “e” nya seperti membaca nyengat bukan ngintul ya, astagfirulloh). Proses pembuatan gula merah, proses pembuatan kerajinan tangan dan lain sebagainya. Agan dan sista akan sangat beruntung bila berkunjung di desa kedang ipil saat bertepatan dengan acara acara adat dan saat musim penghujan. Kok musim penghujan? Karena di saat musim penghujan volume air akan meningkat jadi agan and sista dapat melakukan tubing di sana, tubing itu kita naik ban menyusuri sungai merasakan adrenalin jeram. Di saat acara adat berkemungkinan agan and sista dapat merasakan kuliner khas kedang ipil seperti menyantap beras gunung dan macam lainnya yang di tanam sendiri oleh masyarakat desa secara alami alias organik. Nah untuk mengetahuinya agan and sista bisa memonitor atau bertanya tanya dengan komunitas mahakam eksplore yang sudah saya lakukan dengan cara bergabung di akun facebook. Search aja mahakam eksplore pasti dapat. Agan and sista dapat mengetahui jadwal trip yang akan di laksanakan.

Oke gan sist sampai disini saya jadi bingung mau cerita apa lagi ya. sebenarnya ingin lebih banyak saya menceritakan tentang kedang ipil tapi otak saya rasanya buntu nih. Padahal melakukan tripnya baru satu hari kemarin dan pengalaman itu masih terasa hangat hangat tai ayam dalam kepala. Tapi saya kok bingung ya. oke deh, tak perlu lama lama saya berbingung diri. Ada satu solusi yang membuat mudah saya dalam menceritakan tentang kedang ipil. Saya akan menceritakannya dengan membuat sebuah cerita fiktif namun tetap tidak terlepas dari kebenaran sesungguhnya yang ada di desa kedang ipil. Yang saya maksud fiktif di sini adalah terdapatnya kisah cinta di desa kedang ipil antara seorang pemuda sebagai seorang pengunjung dari sebuah kota dengan seorang gadis desa kedang ipil. Tokoh utama akan saya buat sebagai “AKU” karena bagi saya membuat sebuah cerita dengan aku sebagai tokoh utamanya lebih mudah ketimbang dia atau orang kedua atau ke tiga. Tapi sebelum agan and sist membacanya, satu yang saya pinta adalah jangan membayangkan diri saya (wajah saya) di setiap ekspresi, sikap dan tindakan yang akan muncul dalam cerita. Silahkan membayangkan kekasishnya masing masing saja ya atau kalau kekasihnya di rasa kurang tampan atau cantik agan and sista bisa membayangkan leonardo d caprio dan si ross lawan perannya dalam film titanic wkwk.

Oke, bismillah dulu sebelum membaca ya....

SABTU PAGI

Kukuruyuukkk,,,, suara ayam tetangga terdengar oleh telinga yang setengah peka mendengar. Pagi masih gelap saat aku membuka korden mengamati suasana luar dari dalam kamar. Aku teringat jika ini adalah hari libur, libur dari bekerja dan juga libur dari aktivitas kuliah. Namun tidak ada alasan untuk membangkong karena satu kewajiban yang harus aku tunaikan kepada sang pencipta, solat subuh. Mungkin setelahnya aku baru dapat kembali tidur menikmati sepanjang hari dengan bermalas malasan di atas ranjang. Sesekali memalaskan diri tidak masalah selagi hukum kampret moment tidak berlaku tapi sialnya ia berlaku. Kamu pasti sering kan merasa begitu semangat ketika hari libur sementara di hari kerja malah justru sebaliknya. Itu yang di namakan kampret.
Menit demi menit terus berlalu hingga aku menyadari bahwa beberapa hari yang lalu aku telah mendaftar trip kesebuah desa di kabupaten kutai kartanegara yang di selengarakan oleh komunitas mahakam explore. Pukul sembilan aku harus segera tiba di meet point di kabupaten tenggarong sementara sekarang jarum jam dinding telah menunjukkan pukul 08.15. segera aku bergegas mempersiapkan segala sesuatu yang di butuhkan selama dua hari melakukan trip. Tiga puluh kilometer adalah jarak yang harus aku tempuh untuk tiba di meet point berlokasikan di bukit biru kabupaten tenggarong dengan beberapa menit sisa waktu yang aku milki. Sial.
Desta kau mau pergi kemana?. Roni bertanya pada ku setelah menyingkirkan guling dari mukanya.
Ke kedang ipil jawab ku.
Kedang ipil? Roni mengerutkan dahi, kedang ipil sepertinya asing di telinganya. Ngapain kau kesana, ada apa?
Maaf ron aku tak banyak waktu untuk menjelaskannya, aku titip rumah ini selama dua hari ya.
Segera aku berlalu meninggalkan rumah.
Sengaja aku tak memberi taunya perihal trip ku kali ini agar ia dapat menjaga rumah selagi aku pergi.

MEET POINT

Udara sangat terasa sejuk oleh embun embun yang masih berhamburan di udara, kecepatan 75 – 85 km/jam dengan sangat peka membuat ku merasa embun embun itu menerpa tubuh. Matahari tak kunjung muncul teriknya karena cuaca pagi ini adalah mendung, jalanan di buat basah oleh sisa air hujan semalam. Valentino rossi, aku adalah pengeemar valentino maka di setiap berkendara yang menjadi inspirasi bermanuver adalah valentino rossi. Roda bergesekan dengan aspal bersemen sesekali gesekannya kuat ketika hendak menikung sesekali justru roda melayang. Soal jalan raya kalimantan memang unik karena selama aku hidup di pulau jawa aku tak pernah menjumpai jalan raya bersemen baru di kalimantan aku menjumpai jalan bersemen sekalipun itu jalan poros macam jalan yang menghubungkan samarinda tenggarong yang pagi ini aku bermanuver di atasnya. Mungkin karena kalimantan tak memiliki sumber daya alam bahan baku aspal atau mendapatkan aspal dari luar pulau di rasa ribet, itu hanya sebuah kemungkinan yang aku tak tau pasti. Kanan kiri jalan di sepanjang jalan poros samarinda tenggarong masih nampak alami oleh lahan lahan yang belum sepenuhnya terjamah oleh bangunan rumah rumah manusia.

Waktu tersisa lima menit saat aku menjumpai jembatan bercetkan warna kuning yang menghubungkan antara tenggarong kota dan tenggarong sebrang. Jembatan ini adalah jembatan generasi kedua setelah jembatan terdahulunya runtuh, tenggelam ke dalam sungai mahakam. Beritaya pun di liput se nasional di berbagai chanel televisi. Pemandagan sungai mahakam di pagi hari dari atas jembatan tenggarong lumayan indah di tambah lagi oleh  jaring jaring besi raksasa berbentuk setengah lingkaran bercatkan kuning yang melengkung kokoh dari ujung ke ujung jalan jembatan. Kokoh menahan jalan raya yang menjulur di atas aliran sungai mahakam menghubungkan dua daratan yang terpisah. Bagaikan jembatan cinta di antara dua hati kita. Syarat kokoh pada jembatan generasi kedua sepertinya menjadi prioritas nomor satu bila di bandingkan dengan konstruksi jembatan terdahulu yang dari segi konstruksi lebih menampilkan ke indahan. Menjelang akhir meninggalkan jembatan nampak sebuah taman yang masih dalam proses pengerjaannya menghiasi area sekitar jembatan. Terdapat patung naga raksasa dan miniatur miniatur bangunan fenomenal di dunia yang setiap bangunan melambangkan ciri khasnya masing masing. Seperti miniatur bangunan menara eifel paris misalnya yang melambangkan sebuah keromantisan cinta, (seromantis cinta aku ke kamu, iya kamu) miniatur bangunan menara pisa dan lain sebagainya. Kesemuanya itu cukup mengagumkan sebagai ucapan selamat datang di kota wisata tenggarong yang di wakilkan oleh mereka semua. Aku tak boleh larut oleh keindahannya yang dapat membuat laju motorku melamban karena sebentar lagi jarum jam akan menunjukkan pukul sembilan. Aku tak ingin di katakan sebagai lelaki pengoler bila melewati perjanjian pukul sembilan. Berkali kali aku menatap jam di pergelangan tangan kiri ku selalu merasa was was di setiap jarum detik nya berjalan. Mereka telah berkumpul di sana melakukan briefing, itu yang selalu terbayang dalam otak ku. Aku tak ingin mengatakan “maaf aku terlambat” aku tak terbiasa mengatakannya. Terus ku pacu kendaraan ku, sebentar lagi, sebentar lagi, bertahanlah jarum jam berhentilah berdetak sebentar saja. ciiiiitttt..... roda belakang mencicit oleh karena bergesekan hebat dengan aspal sesampainya aku di meet point, menghamparkan pandangan di sebuah latar depan toko ferry tak nampak satu pun seseorang yang mencirikan peserta trip. Saat aku terlalu khawatir meyakini bahwa rombongan telah berangkat namun nyatanya memang belum ada satu pun yang tiba di meet point setelah tour guide baru tiba beberapa saat setelah kedatangan ku. yah aku adalah peserta pertama yang tiba sementara sejak awal aku tak pernah menduga bahwa aku menjadi pemenang kategori peserta paling disiplin. Lebay.com.

Tour guide itu bernama innal, aku memanggilnya dengan menambahkan satu kata bang di depan namanya.
desta ya? sembari iya menjabat tangan ku.
Bukan bang, aku stefani.
Ia tersenyum dengan seolah merasa ter gaplek’i. Saat mendaftar sebagai peserta trip kemarin aku menggunakan nama stefani.
Oke, baiklah tunggu sebentar di sini aku hendak mengisi bensin, kau tak mengisi mengisi bensin juga?
Enggak bang, masih penuh.

KE DESA KEDANG IPIL
Sejenak aku merenggangkan tubuh ku yang terasa pegal dan kaku oleh karena terpaaan udara pagi yang dingin di sepanjang perjalananku. Sepertinya udara dingin itu telah sedikit membekukan darah di tubuhku, menyusup melalui pori pori jaket kain abu abu yang ku kenakan. Entah, banyak nya jaket yang aku punya tapi selalu jaket ini yang aku Pake (susah move on). Satu persatu peserta trip mulai berdatangan, saat dengan pasti peserta telah tiba semua tak menunggu lama untuk segera memulai perjalanan menuju desa kedang ipil. Sejenak kami melakukan briefing sebelum satu persatu kami akhirnya menarik pedal gas masing masing kendaraan kami. Udara pagi sejauh ini masih sama karena perubahan suhu yang terjadi tidak begitu signifikan. Cuaca pun demikian, sangat bersahabat dalam mensuport perjalanan kami. Beriringan kami menelusuri jalan poros yang menghubungkan tenggarong dengan kota bangun. Jalanraya nya kali ini beraspal berbeda dengan jalan poros samarinda tenggarong. Dan cukup mulus dalam kami meliuk liuk bermanuver di atasnya dengan masing masing imajinasi kami terhadap masing masing jagoan pembalap dalam moto gp. Kecepatan konstan berada di angka 60 – 70km/jam. Sekitar kurang lebih satu jam setengah kami tiba di sebuah simpang tiga disinilah kami akan berbelok ke kiri karena desa kedang ipil berada di dalam sana. Dari luar sepintas yang terlihat adalah hamparan tanaman sawit, awalnya aku tak pernah menyangka bahwa menelusuri jalan tanah bebatuan ini hinga ke dalam akan menjumpai sebuah desa potensi wisata. Hanya 14 km jarak yang harus di tempuh untuk dapat menuju ke desa kedang ipil dari jalan poros, tak terlalu sulit menemukan keberadaan desa ini dengan bantuan penunjuk arah jalan yang selalu terpampang di setiap simpang jalan tanah bebatuan ini. Tidak sekadar hanya 14 km namun kami pun harus menempuhnya pula dengan kelajuan rata rata 14 km/jam dengan jalan tanah bebatuan dan kontur jalan yang naik turun. 40 sampai 50 menit waktu yang kami butuhkan untuk menyelesaikan panjang jalan yang hanya 14 km. Cukup membuat bokong tepos. Kanan kiri jalan adalah hamparan tanaman kelapa sawit yang di kelola oleh perusahaan swasta. Untungnya saat itu langit tak sedang menangis di atas jalan tanah bebatuan itu. Tapi cukup lumayan debu debu menerpa tubuh.

BALAI ADAT

Pohon pohon besar mengelilingi sebuah bangunan panggung yang terbuat dari kayu. Bangunan ini tak biasa karena berbeda dengan bangunan bangunan yang aku jumpai saat perjalanan ku menyusuri jalan bersemen di pemukiman desa kedang ipil. Balai adat desa kedang ipil, itulah kalimat yang terpampang di bagian atas muka bangunan ini. Memanjang kebelakang kurang lebih 15 sampai 20 meter dengan lebar bangunan kurang lebih 10 meter. Aku merebahkan tubuh ku di teras depan bangunan sembari melepas lelah di badan akibat jalan tanah bebatuan. Pohon pohon yang tumbuh tinggi menjulang membuat suasana siang di sekitar balai adat terasa sejuk sekalipun cuaca sedang terik. Terdengar suara ala alam yang saling menyatu antara suara aliran air sungai, daun berguguran, angin, gesekan dedaunan membentuk suara khas ala alam. Bertalu talu memecah kesunyian suara mandau mandau para pekerja ngentul aren di siang bolong menancap, memangkas pelepah pelepah aren yang tak berguna. Srakkkk.... bukkk,,, satu persatu terdengar suara pelepah berjatuhan di tanah dari kejuhan di dalam hutan. Sejenak aku mengobrol santai bersama peserta trip lainnya saat waktu menunjukkan pukul 12.15 wita. Teringat akan kewajiban pada sang maha kuasa aku pun memutuskan sesaat meningglkan perkumpulan peserta trip untuk segera menuju masjid yang berada tak jauh dari balai adat. Baitul amin namanya adalah sebuah masjid berukuran tanggung yang berdiri oleh papan papan kayu bercat putih. Masjid ini menjadi satu satunya tempat kegiatan ibadah masyarakat desa kedang ipil yang beragamakan muslim. Suasana pemukiman nampak lenggang, tak ada aktifitas aktifitas masyarakat desa yang menarik perhatian. Aku menyaksiakan beberapa di antara mereka sedang bersantai di teras depan rumah panggung mereka masing masing sembari melakukan obrolan ringan saat aku melintas menuju masjid. Tidak sedikit rumah masyarakat di desa kedang ipil yang berpanggung kurang lebih 2 sampai 4 meter di atas permukaan tanah. Yang tua sesama yang tua, pemuda sesama pemuda, ibu ibu sesama ibu ibu. Cuaca siang ini memang sedang panas sehingga bersantai di teras rumah adalah pilihan yang tepat. Suasana masjid sepi dari para jamaah yang melakukan solat duhur hanya segelintir pemuda tanggung saja yang melakukan ibadah wajib di dalamnya.
Hari beranjak petang, suasana desa terasa sunyi. Penerangan nampak remang remang tak begitu terang macam pemukiman di kota kota, ciri khas pedesaan semakin terasa. Aku sedang berada di salah satu rumah warga setempat yang kami jadikan sebagai home stay selama satu malam dua hari. Home stay kami terletak di atas bukit, menuju nya perlu melewati jalan bebatuan yang konturnya menanjak menurun bukan main. Infrastruktur jalanan di desa kedang ipil memang belum menyeluruh ke semua jalan yang terdapat di desa hanya jalan utamanya saja yang berinfrastrukturkan semen cor. Tapi ini menjadi pengalaman menarik menginap satu malam di salah satu rumah warga yang letaknya memenuhi syarat sebagai sebuah villa, di atas bukit. Yang membuat ku terharu adalah hanya di atas bukit inilah sinyal akan mengahampiri handophone android ku sehingga membuatku dapat berselancar di dunia maya.

Bapak pemilik rumah sangat ramah dlam menyambut kami, sesampainya kami di rumah beliau langsung tersuguhkan hidangan makan malam bermenukan cukup istimewa yaitu ikan yang langsung di ambil dari kolam budidaya samping rumah. Tak cukup lama kami beristirahat di rumah beliau karena pukul 20.00 wita kami harus segera kembali turun kepemukiman bawah ke balai adat melakukan acara yang menjadi serangkaian kegiatan trip kami. Setelah berkemas dan memebersihkan diri kami pun bersama sama turun ke balai membawa perlengkapan perlangkapan yang di perlukan dalam melaksanakan acara di balai adat. Sesampainya di balai para anggota mahakam eksplore segera bersiap memasang proyektor dan wireless di bantu oleh warga desa yang menyiapkan kebutuhan instalasi lstrik. Kipas kipas yang bertengger di tepi tepi bangunan balai adat bagian dalam mulai berputar menghembuskan angin, lampu lampu balai adat berpijar menerangi ruangan balai tak bertiang tengah yang nampak terang dari luar balai. Berduyun duyun warga mulai berdatangan mulai dari tetua, pemuda, pemudi, ibu ibu dan anak anak tak kecuali kepala desa dan kepala rukun tangga. Malam ini akan di lakasanakan acara serah terima bantuan berupa alat safety tubing yaitu pelampung dan helm yang di sumbangkan oleh salah satu jasa travel dan komunitas mahakam eksplore lah yang mewakili penyerahan bantuan ini. Selain serah terima bantuan, malam ini juga akan di adakan sosialisasi mengenai potensi wisata yang terdapat pada desa kedang ipil. Sepertiga ruang balai adat mulai di penuhi oleh masyarakat desa, hanya sepertiga karena tak seluruh warga datang ke balai memenuhi undangan. Kepala desa mulai membuka acara dengan memberikan sambutan di susul oleh ketua rukun tangga kemudian oleh salah satu perwakilan pokdarwis desa setempat. Acara serah terima ini berlangsung secara santai tidak terlalu formal. Gelak canda tawa sesekali membuncah ruang balai adat ketika para narasumber memberi sedikit lawakan di sela menyampaikan materi. Terdapat dua anggota dari pihak komunitas yang memberikan materi diantaranya adalah saudara adji yang menyampaikan materi mengenai wisata tubing dan bang innal yang menyampaikan materi mengenai potensi wisata desa kedang ipil. Selain memberikan materi pihak komunitas mahakam eksplore pun memberikan masukan masukan mengenai bagaimana sistem kerja warga seharusnya dalam mewujudkan kedang ipil sebagai desa wisata dan dalam meningkatkan jumlah pengunjung di setiap waktunya. Acara malam ini berlangsung hingga menjelang larut malam namun yang membuat acara di balai berkesan bagi ku adalah bagaimana para ibu ibu dan pemuda saling gotong royong dalam membuat menu makan malam. Rasa kekeluargaan dan gotong royong sangat terasa sekali eratnya dan berkorelasi terhadap hati para pendatang macam aku. Aku menyaksikan para pemuda pemuda sibuk di tungku perapian guna merebus air menggunakan panci panci besar. Kayu kayu sebagai bahan bakar satu persatu masuk kedalam tungku dan api pun mulai dinyalakan. Sementara para ibu ibu sibuk di dapur yang terletak di bagian belakang balai, sebagian sibuk memebersihkan daging sebagian sibuk membuat bumbu sebagian sibuk menyiapkan alat alat makan. Balai adat ini selain di gunakan untuk acara acara adat jug adi gunakan untuk acara warga seperti saat berlangsungnya pesta perkawinan dan lain sebagianya. Dalam balai ini alat alat masak tersedia secara lengkap. Tungku, panci, dan alat lainnya yang berukuran besar mengindikasikan bahwa di balai ini sering berlangsung acara acara besar.

Jarum jam dinding hampir menunjukkan pukul setengah dua belas malam saat menu makan malam di hidangkan namun sebagian para peserta telah meninggalkan balai adat. Menu makan malam berupa rica rica daging bebek sangat istimewa sekali bagi ku di temani oleh beras ketan khas desa kedang ipil. Para ibu ibu di bantu oleh para remaja menyiapkan mangkuk mangkuk berisikan makanan yang di bawa dari dapur, menyusunnya di dalam ruang balai adat. aku dan peserta lainnya mengelilingi hidangan menu yang di sajikan senbari bersuasanakan santai acara makan malam semakin terasa kekeluargaannya dengan obrolan obrolan ringan yang saling kami lontarkan. Malam itu menjadi malam yang berkesan bagi ku saat bersama sama warga setempat mengikuti acara di balai adat.

KARENA GULA KU KENAL DIA

Pagi terasa dingin sekali kaki ku terasa beku semakin dingin karena kipas angin masih berputar kencang saat aku terbangun dari tidur. Pukul 07.00 wita, terperanjat saat mengetahuinya karena waktu solat subuh telah berlalu. Rintik hujan yang tak terlalu deras terlihat dari ambang jendela membasahi daun daun tumbuhan, menetes satu persatu tetesanya berjatuhan ke tanah. Kawan kawan ku yang lain masih terlelap dalam tidurnya beberapa terdengar suara dengkurnya. Sinar matahari pagi nampak cerah. Di bagian dapur terdengar suara kesibukan ibu pemilik rumah sedang memasak untuk sarapan pagi kami, harum bumbu nya semerbak tercium oleh hidung. Air kamar mandi pun juga terasa sangat dingin namun aku tetap memutuskan untuk mengguyur tubuh sepenuhnya. Yang lain juga mulai terbangun dari tidurnya kemudian mengantri menggunakan kamar mandi yang hanya terdapt satu dalam rumah ini. Bapak pemilik rumah sibuk hilir mudik, aku mengerti niatnya adalah segera mempersilakan kami untuk segera menikmati santap pagi di dapur. Ia memastikan bahwa segala sesuatunya sudah siap untuk di suguhkan. Saat semua telah terbangun kami pun segera mengisi kampung tengah walaupun masih terdapat dari kami yang sibuk di kamar mandi. Hujan masih saja tetap mengguyur pagi walaupun waktu telah menunjukkan pukul 08.00 wita. Rencana kami hari ini adalah mengamati aktifitas warga secara masing masing. Aku memutuskan meninggalkan rumah saat hujan mulai mereda memisahkan diri dari kawan kawan. Jalanan tanah bebatuan jadi semaikn licin akibat oleh guyuran hujan semalaman. Ban roda sering lari kesana kemari sementara tubuh sangat di tuntut menjaga keseimbangan kendaraan. Jalanan sangat curam menurun dan sangat terjal menanjak, mau lewat jalan yang manapun tetap sama karena memang tak ada satupun jalanan yang bersemen cor saat menuju rumah warga yang berada di daerah bukit. Tak banyak warga yang mendirikan rumah di atas bukit hampir 90% rumah warga berada di perkampungan bagian bawah. Sesampainya di perkampungan bawah aku mengamati kanan kiri jalan dan sesuatu menarik perhatian yaitu asap mengepul ngepul dari salah satu rumah warga, aroma asap itupun tak asing di hidung ku. Aku segera memarkir kendaraan kemudian menghampirinya dan menjumpai seorang ibu ibu sedang duduk di depan tungku dengan wajan berukuran besar di atasnya.

Selamat pagi bu, sapa ku.
Pagi, ibu itu tersenyum membalas salam dan manatap ku. Rata rata warga di desa kedang ipil bersifat ramah menyambut pengunjung.
Apa yang ibu sedang lakukan di sini?
Oh, ini sedang membuat gula merah. Aku mengangguk mengerti.
Tak lama ibu itu bersuara mengarah ke dalam rumah dengan bahasa yang tak aku mengerti. Aku menduga itu adalah bahasa kutai. Akibat dari kalimat itu keluarlah seorang gadis dari dalam rumah dengan membawa sebuah kayu berbentuk semacam pengaduk. Mereka berdua bercakap dengan bahasa yang tak aku menegerti sepenuhnya kemudian ibu itu berlalu meninggalkan ku dengan iringan senyum kecil sarat akan makna. Gadis itu tersipu malu akibat dari obrolan itu dan berekspresi kesal pada ibu nya.
Mari nak ibu tinggal dulu ya.
Oh iya silakan bu... berlalu masuk kedalam rumah meninggalkan aku dan gadisnya.

Aku tak megerti apa yang harus aku perbuat dengan gadis ini walaupun gadis ini tak asing di mata ku. setelah mengamatinya lamat lamat dapat aku pastikan ia adalah gadis yang semalam juga bereda di balai adat namun lebih sering berada di dapur. Suasana pun menjadi canggung membuat ku binggung untuk mengawalai sebuah percakapan dengannya. Gadis itu asik mengaduk aduk aren dalm sebuah wajan dan sesekali mengatur posisi kayu bakar dalam tungkunya. Aku masih terdiam berdiri beberapa meter di sampingnya.

Berapa lama proses membuat gula ini selesai? Aku menoba membuka percakapan dengan nya.
Lumayan lama. Hanya jawaban singkat yang aku peroleh, namun dari gelagatnya yang memberikan senyum padaku sembari salah tingkah membuatku mengerti bahwa sebenarnya banyak yang ingin ia ucapkan namun rasa canggung masih meliputi hatinya. sialnya lagi aku juga manjadi slah tingkah akibat senyumannya.
Nama kamu rossa bukan?
Bagaimana kamu bisa tau? Mata nya tegang terkejut.
saya hanya memastikan, hehe. Tadi ibu kamu memanggil mu dengan kata ross dan saya menduga nama kamu adalah rossa. Benar demikian?
Ia hanya mengangguk angguk sembari tersenyum malu meregangkan otot wajah nya. Tak keluar sepatah kata pun dari mulutnya membuat ku semakin binggung hendak berucap apa lagi. Perbincangan kami sempat terhenti senyap beberapa menit. Kemudian kembali mencair saat rossa memberanikan diri menanyakan asal keberadaan ku.
Kamu dari mana?
saya dari samarinda.
Orang asli samarinda ya?
Hmm... (aku menjadi bingung saat harus manjawab pertanyaan ini). Iya, saya domisili di samarinda, hehe. Kalau kamu gimana ross?
Gimana maksudnya?
Maksud saya, apa kamu orang asli dari desa kedang ipil? Kamu lahir di desa kedang ipil?
iya, seperti yang kamu duga saya adalah asli orang sini.
Oh iya,, kalau boleh tau apa yang sebenarnya ibu kamu bicarakan tadi terhadap mu? saya tak mengerti tentang percakapan kalian berdua.
Oh enggak, ibu gak bilang apa apa.
Aku mengerutkan dahi, sikap rossa semakin salah tingkah. Sepertinya aku mengingatkan kembali apa yang menjadi pesan ibunya terhadapnya.
Apa saya tak boleh menegetahuinya ros? Ya gak maslah sih kalau memang sepatutnya di rahasiakan, hehe. Kalau boleh tau bahasa apa yang kalian gunakan tadi?
kami menggunakan bahasa kutai dan mayoritas masyarakat kedang ipil menggunakan bahasa kutai dalam kesehariannya.
Oh begitu. Kamu tau ros, selama saya berada di desa kedang ipil saya merasa menjadi orang asing.
Orang asing gimana maksud kamu?
Gak terlalu asing juga sih,saya hanya merasa kurang bisa menyatu saat berkomunikasi. Hampir semua orang bercakap dengan bahasa kutai dan ketika saya bercakap menggunakan bahasa indonesi itu merubah cara mereka juga bercakap, membuat suasana manjadi berubah formal saat saya bercakap. Hehe
(Rossa berusaha menahan tawanya). Berarti kamu gak di bolehin bicara di desa ini.
Baiklah saya akan diam. Berlagak mengunci mulut. Sementara rossa semakin menahan tawa.
Boleh saya mencoba mengaduk arennya?
Boleh. (rossa menyingkirkan tubuhnya dari kursi kecil di depan tungku mempersilakan aku duduk di kursi kecil itu).
Sembari aku mengaduk pelan aren dalam wajan aku menceritakan sesuatu pada rossa. Menceritakan mengenai pengalaman kecilku tentang gula merah. Rossa mengangguk tertarik saat aku menawarkannya untuk mendengar. Ia mengambil posisi duduk di kursi memanjang terbuat dari papan kayu di sebelah kanan ku. menempatkan kedua tangannya diantara sela kedua pahanya, ia sedikit berada di atas ku. Gelagah nya terlihat masih malu malu.

Membuat gula merah bukanlah sesuatu yang baru bagi saya ros (berwajah meyakinkan). dulu sewaktu saya kecil kampung saya merupakan penghasil coklat dan juga gula merah namun dengan bahan baku aren pohon kelapa berbeda dengan di desa kamu yang menggunakan bahan baku air pohon aren. Saya tinggal bersama paman saya dan ia adalah mandor dari hasil produksi gula warga di kampung, hampir setiap hari saya berkecimpung dengan gula merah. Membantu menimbang, menimbun gula di gudang dan menjelang solat isya rumah akan ramai di kunjungi oleh para pekerja pembuat gula yang meminta bayaran dari hasil menjual gula nya.

Berarti kampung kamu memproduksi gula berskala besar?
Tidak juga ros. Sudah berapa lama kamu membuat gula?

Saya tak ingat pasti. Yang pasti saya memulainya saat saya telah mampu membantu ibu membuat gula. Oh iya, itu arennya sudah masak, (rossa mengingatkan ku akan aren yang sedang aku aduk) tunggu sebentar ya. (rossa beranjak berjalan menuju kedalam rumah dan sesaat kemudian keluar denagn membawa sebuah papan kayu. Aku tak kesulitan menebaknya karena sudah pasti papan itu di gunakan untuk mencetak aren yang telah masak. Namum yang membuat ku merasa aneh adalah ukuran cetakan gula itu yang menurutku tak wajar ukurannya, berbeda dari cetakan gula yang aku jumpai pada umumnya. Cetakan itu berukuran besar denagn lobang cetakan berbentuk seukuran emas batangan yang aku bayngkan adalah gula itu nantinya akan tercetak sebesar emas batangan.
Kamu gak salah ini cetakan gulanya?
Setiap orang yang baru melihat pasti merasa aneh, (rossa tersenyum kecil). Inilah yang menjadi masalah di desa saya.
Masalah? Maksudnya?
Sembari rossa mengatur posisi cetakan itu di atas sebuah karung yang dihamparkan ia bercerita pada ku.
Sudah menjadi tradisi di kampung saya cetakan gula sebesar ini dan merubah tradisi itu sangat sulit.
Lalu mengapa kamu tetap melakukannya?
Kalau gula yang ini nantinya akan di jual tak jauh dari kampung jadi gak masalah.
Kamu gak mencoba dengan cetakan yang lebih kecil?

Rossa Merilekskan posisinya dengan duduk melantai, sepertinya ia akan bercerita banyak pada ku. Kami sempat melupakan gula Aren yang mustinya harus segera di masukkan ke dalam cetakan sebelum mendingin.

Cerita yang aku dengar dari rossa adalah tentang usaha dari ibu nya yang ingin merubah tradisi warga desa mengenai cetakan gula. Jadi selama hampir dua tahun dibantu dengan ayahnya, ibu rossa telah membuat inovasi mengenai bentuk produk gula merah menjadi bentuk pasir dalam kemasan. Dengan begitu proses pemasaran gula tidak mengalami kesulitan bila harus di pasarkan di kota dan bahkan harapannya dapat memasuki toko, minimarket hingga supermarket. Tidak sedikit pelanggan dari luar yang membeli gula merah asal kedang ipil dengan dalih rasa gula yang berbeda dengan yang lain. Lambat laun warga pun mulai menyadari akan tindakan ekonomi berupa peningkatan nilai bentuk produk. Akhirnya tak sedikit sekarang warga yang mulai menggunakan metode ini.
Aku merasa kagum dengan penuturan dari rossa, orang seperti ibu rossalah yang di butuhkan untuk pengembangan dan kemajuan sebuah desa. Dari rossapun banyak sebuah harapan yang ingin ia wujudkan untuk kemajuan desa kedang ipil.

Gula merah di wajan hampir membeku saat kami membiarkan nya karena asyik mengobrol. Rossa segera beranjak dari duduk nya dan mengangkat wajan berisikan gula merah di dalam nya. Tubuhnya sedikit kesulitan mengangkat beban yang cukup berat bagi seorang wanita. Dengan tenang ia menumpahkan gula merah itu kedalam cetakan sementara aku hanya diam termenung mengamati wajah rossa. Rambut kuncir kuda, kedua tungkai rambut yang berayun dari kedua sisi dahinya, poninya yang berat oleh gravitasi membuat rossa nampak berbeda kali ini. Aku tak ingin membantu nya, aku hanya ingin melihat nya. Melihat keringat yang mulai mengalir dari kedua sisi dahinya.

Oke, sudah selesai!!

Aku terkejut, untung rosa tak menangkap lamunan ku. Hampir saja apes. Lelaki memang begitu, dan katanya itu normal.
Lalu sampai kapan ros kita mengeluarkan nya dari cetakan?
Nanti saja saat mau di jual. Oh iya, apa rencana kamu setelah ini? Rossa bertanya pada ku. Aku juga bingung, proses membuat gula sudah selesai dan aku tak memiliki alasan lagi berlama lama di sini bersama rossa.
Saya belum tau, mungkin kembali berkeliling.
Sudah ke air terjun?
Sudah ros.
Sudah tubing?
Tubing? Aku berdiam sejenak mencoba memahami kata itu. Hingga aku menyadari bahwa saat ke air terjun siang kemarin aku memang belum melakukan tubing karena level air yang sedang rendah.
Belum ros.
Kamu harus mencobanya, air sedang naik karena hujan deras semalam.
Kamu mau mengajak saya?
Kalau tidak keberatan.
Tentu tidak ros.
Angka menunjukkan pukul sebelas siang masih ada waktu untuk ku melakukan tubing karena masih nanti sore aku meninggalkan desa. Aku tak ingin melewatkan kesempatan ini.
Tunggu sebentar, saya hendak berganti pakaian. (hendak kembali ke homestay di atas bukit)
Rosa mengangguk dengan senyum nya.
Aku harus menghentikan langkah menuju kendaraan.
Tunggu!! Rossa memanggil ku sembari melanjutkan ucapannya. Siapa nama kamu?
Aku menoleh kebelakang kemudian berkata "desta".

Setelah mendapat jawaban dari ku rosapun berlalu cepat masuk kedalam rumah. Mungkin sebuah tindakan akibat mengutarakan sesuatu yang harus di sertakan keberanian guna melawan malu. Wanita memang begitu.

Sepeninggalan ku dari rosa aku baru menyadari bahwa karena gula merah lah ku kenal dia. Belum sempat aku merasakan manis nya gula itu namun hati telah lebih dulu merasakan nya.

TUBING

Siang ini cuaca tak begitu terik oleh karena sisa sisa awan mendung masih bertengger di langit. Tin tin..... Aku membunyikan klakson motor ku dari depan rumah rosa menunggu beberapa saat kemudian rosa keluar dari rumah nya melalui pintu belakang. Melambai ke arah pintu seperti nya rosa sedang berpamitan dengan seseorang dan aku meyakini adalah ibu nya, sayang aku tak melihat nya karena pintu tak terbuka sepenuh nya.
Maaf membuat kamu menunggu.
Sampai saya tak sempat mematikan motor?
Akibat dari gula merah membuat kami semakin dekat dan jauh dari rasa canggung.
Rosa tersenyum. Lebih baik kita berjalan kaki des, motor tak akan bisa masuk sampai ujung hulu sungai.
Baiklah.

Menurut ku juga lebih baik begitu, selain setuju akan alasan rosa lebih daripada itu adalah membuat waktu berbincang kami lebih lama sembari berjalan menyusuri tepi sungai menuju hulu. Kami menyusuri jalan setapak bercor semen namun hanya beberapa ratus meter saja setelah itu jalanan masih tanah sedikit berbatu. Remaja remaja tanggung melihat kami heran khususnya kepada rosa saat kami melintas di depan pos loket pembayaran memasuki wisata air terjun. Mungkin mereka berprasangka bahwa kami memiliki sebuah hubungan, mungkin. Para remaja tanggung itu sibuk dengan kerajinan tangan yang sedang mereka buat berupa anyaman gelang dari serutan rotan. Kata rosa gelang gelang itu sengaja di buat oleh mereka sebagai souvenir bagi para pengunjung selain itu juga sebagai masukan ekonomi bagi para remaja remaja desa. Aku tak melewatkan nya begitu saja, gelang gelang itu tergantung di paku paku yang tertancap di sebuah balok kayu di dalam pos. Aku tertarik untuk memiliki dan langsung memasangnya di pergelangan tangan. Para remaja tanggung itu antusias menyambut niat ku setelah aku memilih salah satu gelang dari banyak nya gelang yang ada. Unik nya adalah saat memasang gelang itu ke tangan yakni dengan cara yang menggunakan paksaan di bantu oleh sebuah sedotan sebagai alat bantu untuk menarik gelang melewati telapak tangan agar gelang dapat masuk ke pergelangan tangan. Beberapa kali mencoba hasilnya gagal karena diameter gelang yang terlalu sempit. Hingga percobaan ke empat akhirnya satu buah gelang pilihan dari rosa melingkar di pergelangan tangan.

Kau hebat dalam menentukan pilihan ros. Aku memuji sekaligus sedikit meledeknya.
Tidak, hanya saja kamu yang kurang jeli menentukan pilihan des.
Aku hanya tersenyum kecil sembari lamat lamat menatap tangan ku yang memerah akibat proses pemasangan gelang secara paksa.
Tak usah lama lama menatap nya des, nanti akan reda dengan sendiri nya. Dan itu belum seberapa.
Belum seberapa maksud kamu?
Kami melanjutkan perjalanan kami beriringan dengan rosadi sebelah kiri ku menuju hulu sungai sembari aku mendengar rosa bercerita.
Kami memiliki sebuah adat khusus bagi kaum lelaki. Tak sembarang lelaki bisa mengikuti adat ini.
Maksud kamu?
Butuh keberanian.
adat apa yang kamu maksud ros?
Kami menyebutnya dengan "BEHEMPAS". kamu pasti pernah melihat nya di televisi dua lelaki yang paling pukul menggunakan rotan dan bertamengkan rotan.
Tak butuh waktu lama untuk aku mengetahuinya. Aku pernah melihat nya. Hanya saja belum tahu sejarah adat behempas itu tercipta. Rosa menjelaskannya pada ku bahwa behempas dahulu nya terjadi oleh karena dua orang pemuda yang saling memperebutkan seorang gadis maka mereka harus bertarung terlebih dahulu. Yang menang lah yang berhak mendapatkan gadis itu.
Jadi ros, jika aku menginginkan gadis desa kedang ipil aku harus behempas?
Rosa terkejut dengan pertanyaan ku. Maksud kamu?
Aku hanya bertanya ros.

Rosa segera menutup ekspresi terkejutnya sembari berusaha dengan santai menjawab pertanyaan ku. "Jika kamu memiliki pesaing mungkin kamu harus behempas des"
Jika harus melawan pemuda desa kedang ipiĺ aku tak akan sanggup ros. Kecuali si gadis lebih awal memilih ku. Langkah kami sesaat terhenti sementara wajah dan mata kami sesaat saling menatap. Aku merasakan sesuatu dari mata rosa.
Kanan kiri sepanjang jalan setapak yang kami lalui masih rimbun oleh pepohonan tak terkecuali masih terdapat banyak pohon aren. Sekali dua kali kami berpapasan dengan para pekerja ngentul aren. Selama yang aku amati dari  usia mereka adalah beragam yaitu tua maupun muda juga ada. Mereka memanjat pohon pohon aren dengan bantuan satu bambu yang di beri potongan potongan kayu sebagai pijakan yang tertusuk tusuk pada satu bambu itu.

Suara aliran air sungai terdengar lebih deras dari siang kemarin saat aku mandi bersama peserta trip. Sepertinya yang di bilang rosa benar bahwa level air sungai sedang naik akibat hujan deras satu malam penuh. Perjalanan setapak kami menjumpai pos kedua di mana di pos ini kami dapat meminjam ban untuk melakukan tubing. Namun kami masih harus berjalan terus ke hulu sungai sembari menenteng ban. Kata rosa sekaligus sebagai upaya pemanasan biar terhindar dari kram. Aku semakin meyakini bahwa rosa lebih berpengalaman soal tubing.

Setelah beberapa menit berjalan kaki kami pun sampai di tempat yang menurut rosa sebagai start point melakukan tubing. Aku nampak ragu melakukan nya oleh karena tak mengenal medan sungai, berbeda dengan rosa yang sudah sering melakukannya. Rosa mengerti soal keraguan ku ini maka dengan sedikit mengejek ia menyinggung ku.
Setelah kamu gak berani behempas, sekarang kamu gak berani melakukan tubing?
Hahaha aku tertawa terbahak. (Mengapa aku di leceh kan macam ini).
Tapi jangan aku yang di depan ya.
Sekarang giliran rosa yang tersenyum lebar.(tak dapat di pungkiri aku menjadi lelaki letoy kali ini)
Tak masalah des.

Air sungai tiga kali lipat lebih deras dari kemarin sepanjang aku berjalan menyusuri sungai aku pun melihat bebatuan yang hilang tenggelam oleh karena level air yang naik. Jeram jeram sungai terlihat lebih menantang. Rossa memulai nya lebih dulu dengan melemparkan bannya ke sungai kemudian di susul tubuh nya yang menindih ban tersebut. Aku tak mau kalah, kurang lebih lima sudah berjarak sepuluh meter rosa meninggalkan ku segera aku menyusul nya. Rosa terlihat lihat menaklukkan jeram jeram sungai dan bagiku di belakang tak kesulitan menirukannya. Sungguh mengesankan pengalaman ku tubing bersama rosa. Kami bahagia kami tertawa hingga waktu satu jam terhanyut oleh aliran sungai tak terasa lama nya.

SURAT ROSA.

sore hari aku dan para peserta trip sedang berkemas untuk segera meninggalkan homestay dan desa kedang ipil. Sebelum pulang kami masih sempat merasakan jamuan terakhir dari tuan pemilik rumah kemudian kami harus berpamitan meninggalkan desa. Tak hanya berpamitan kepada tuan pemilik rumah tempat kami tinggal namun juga kepada beberapa warga di pemukiman bawah dan yang paling penting kepada tetua tetua desa. Kami meluangkan foto bersama dengan tetua tetua desa saat mereka sedang berkumpul di salah satu rumah tetua desa. Dari penglihatan ku usia mereka rata rata di atas 70 tahun, tangan nya lemas dan bergetar saat satu persatu aku menyalami mereka. Hanya sedikit aktivitas yang mereka lakukan lebih banyak nya beristirahat seperti hal nya sore ini mereka hanya sekadar duduk berkumpul di teras depan rumah panggung.

Hampir saja aku melupakan seseorang, siapa lagi kalau bukan rosa. Aku menyempatkan diri menghampiri rumah nya. Dan ternyata rosa telah berada di depan rumah duduk di sebuah kursi memanjang yang terbuat dari kayu. Ia berdiam seorang diri sembari ngelamun entah apa lamunanannya yang jelas raut wajah nya berubah saat mengetahui kedatangan ku. Saat mendengar klakson motor ku yang aku bunyikan untuk memanggilnya. Mungkin rosa merasakan hal yang sama dengan ku saat aku akan meninggalkan desa.

Berjalan aku menghampiri nya dengan maksud ingin mengutarakan kalimat perpisahan padanya. Dengan maksud melihat rosa si wanita berkuncir dengan kedua juntai rambut dari kedua sisi dahinya dan poni berisi yang membuatnya terlihat sangat menarik di mata ku.
Ros terimakasih untuk waktu kebersamaan nya untuk ku. Aku sangat bahagia bisa mengenal mu.

Kamu gak ingin berterima kasih sama gula merah?. Dengan sebuah senyum manis nya ia meledek ku.
Mungkin kamu bisa memberi ku satu batang gula merah untuk aku bawa pulang.
Kami saling menatap dengan saling memberi senyum terbaik.
Aku tak punya waktu banyak ros, teman teman ku  menunggu.
Tunggu sebentar des, rasa nya aku telah berdosa membuat mu penasaran.
Maksud mu?
Rosa memasukkan tangan kanan dalam kantong celana panjang nya kemudian keluar bersamaan dengan sebuah kertas yang telah dilipat berbentuk persegi. Seperti nya ia sengaja menyiapkannya untuk ku.
Ini des. Menyerahkan kertas itu pada ku.
Apa ini?
Bacalah sesampainya kamu di rumah.
Tak ada percakapan lagi setelah itu selain kalimat terakhir dari ku
"InsyaAllah. Semoga kita bertemu di lain waktu"

Aku membuka surat itu sesampainya di rumah.

Surat rosa

"Di bulan sepuluh nanti desa kami akan melakukan sebuah tradisi tanam padi dan rasa nya sangat di sayangkan bila kamu tidak kembali berkunjung ke desa kedang ipil. Aku menunggu kedatangan mu.
Oh iya, maaf telah membuat mu penasaran. Ibu hanya bilang "kamu temani bujang itu, siapa tau dia jodoh kamu". Kalimat itu yang membuat ku tersipu malu saat pertama kali harus menemani kamu desta."

Sosok Rosa si gadis kutai, benarkah aku mencintai nya. Aku tak bisa membohongi diri ku akan perasaan ini.

Tidak sedikit manusia di muka bumi ini mengalami perasaan bahagia yang bisa di mungkin kan adalah perasaan jatuh cinta oleh karena kebersamaan dengan seseorang yang tak pernah kita temui sebelum nya dengan hanya waktu yang singkat. Aneh nya  Justru waktu yang singkat itu lah sebenar nya yang membuat rasa semakin kuat. Membuat mu ingin kembali mengulanginya, berjumpa lagi dengan nya. Dan tak lupa juga peran serta sebuah perpisahan.






Komentar