Langsung ke konten utama

Marahlah Saat Anakmu Marah

 

Saya adalah seorang ibu yang menghabiskan hampir 24 jam dengan kedua anak dan hal hal yang berbau serba-serbi pekerjaan Ibu Rumah Tangga (IRT) setiap harinya. Tentunya, adakalanya hari terasa berat dan terasa berlangsung sangat lama, namun banyak pula hari-hari yang sangat menyenangkan,  hari dimana banyak momen bahagia atas proses tumbuh kembang anak. Anak pertama saya tahun ini genap berusia 2 tahun. Diumur 2 tahunnya, saya amati sudah mulai muncul rasa ingin apa-apa sendiri, tidak jarang pula dia kerap sudah bisa memutuskan sesuatu dalam kesehariannya, seperti ingin memakai baju apa hari ini, memainkan permainan apa hari ini, dan lain lain. Namun, tidak jarang hal hal seperti ini dibumbui dengan tangisan dan rengekan yang kadang tak dapat dimengerti oleh saya selaku orang tuanya. Diumurnya, penguasaan bahasanya masih belum sangat fasih. Banyak hal yang dia  inginkan, tapi tidak bisa disampaikan secara lisan. Inilah pemicu konflik di keseharian saya sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT).

Meski kadang yang diinginkannya hanyalah hal hal sederhana, namun jika orang  tua tak mengerti maka tersulut telinga oleh tangisannya. Inilah yang biasa disebut tantrum. Berdasarkan petuah dari para ibu yang sudah lebih berpengalaman, nyatanya fase tantrum jauh lebih menyita  kesabaran apabila terjadi di masa masa terrible two. Tantrum pada anak yang sudah lancar berbicara justru akan lebih mudah ditangani, karena akan lebih mudah mencari tau akar atau pokok  masalahnya. Lalu apa alasan lainnya  yang  membuat anak dengan range umur 2 tahun mudah sekali tantrum ? Karena di fase umur inilah dia  mulai mengerti lebih jelas tentang macam macam perasaan. Dia mulai mengerti, “ Oh, seperti ini rasanya kesal ?” , “ Aku marah saat mainanku direbut temanku “ , atau “ Kenapa sih mama dan papa tidak mengerti apa yang aku mau”. Hal normal ini menunjukkan bahwa anak mulai mampu menunjukkan bermacam variasi ekspresi perasaannya.

Oleh karena itu, apa yang harus dilakukan orang tua saat menghadapi anak berada di fase seperti ini ? MARAHLAH !

Marahlah pada dirimu sendiri, bukan pada anakmu. Marahlah pada dirimu sendiri, jika  kita  sebagai orang tua malah sering memarahinya saat dia sedang belajar mengenal berbagai perasaan dalam hatinya. Marahlah pada dirimu sendiri saat kita justru tidak mampu berempati pada anak yang masih mengenal seperti apa kehidupan sebenarnya. Semestinya, kita sebagai orang tua harus memperluas rasa sabar dan memaklumi. Temanilah anak disaat dia seperti frustasi dengan perasaannya, temanilah disaat  dia  terengah-engah kelelahan setelah menangis dalam waktu yang lama karna kita yang tak mengerti penyabab tantrumnya.

Saat anak mulai menunjukkan rasa marah atau tantrumnya, berdirilah sejajar dengannya, tawarkan pelukkan, bila dia menolak, berdirilah disisinya dan terus beri tatapan lembut. Jangan pernah sekalipun tinggalkan dia dan jangan menemaninya sambil sibuk memperhatikan layar ponsel. Setelah tangisannya mereda, ajaklah berbicara. Bicaralah dengan nada yang datar, tunjukkan rasa empati kita sebagai orang tua dan marilah kita validasi bersama penyebab tantrumnya. Kalimat  validasi bisa berupa : “ Kakak  menangis karna mama larang makan ice cream ? ” , “ Adik marah karena ditinggal mama ke dapur ya ? “ , atau ” Teteh kesel karna mama larang main diluar ya Nak ? “. Tidak perlu terlalu cepat menasehatinya, cukup bantu anak mengenali penyebab dia merasa tak nyaman saja  terlebih dahulu.  Setelah anak semakin tenang, mintalah maaf pada apa yang membuat dia tak nyaman. Lalu, orang tua  mulai bisa menyinggung  sedikit penyebab atau alasan mengapa orang tua melarang dalam hal yang dia inginkan. Kenalkan batasan apa saja yang tidak boleh dilakukan saat tantrum, seperti tetap tidak boleh memukul saat merasa marah, sebaliknya bisa dialihkan dengan menghentakan kaki atau menggenggam barang.

Hakikatnya, guru pertama anak ialah orang tuanya, Dia akan meniru bagaimana  cara  menghadapi amarah sesuai dengan apa yang dilakukan atau dilihatnya saat orang tuanya sedang marah. Jika  orang  tua mampu mengendalikan emosinya, maka anak pun akan mencontoh itu. Tulisan ini sengaja saya buat sebagai salah satu pengingat untuk diri saya sendiri. Sebagai pengingat bawa selelah apapun saya sebagai orang tua dalam menjalani keseharian saya, marah kepada anak yang sedang marah adalah salah.

Perbanyaklah pula referensi mengenai pola asuh serta parenting terhadap anak. Salah satu sumber yang menjadi panduan saya adalah Asian Parents , adapun berbagai cara mengatasi fase tantrum anak bisa juga dibaca di 10 Cara Mengatasi Anak Tantrum dan Mengapa Terjadi Tantrum ?

Komentar