Berpindah dari satu kota ke kota lain mengelilingi nusantara Indonesia, pekerjaan ku sungguh mulia. Untuk sebuah alasan yang mereka sebut edukasi tentu tak berlebihan bukan. Mereka memang pandai berdalih. Terkurung, terkekang, tersiksa. Semua kepedihan itu tak hanya mengikis fisik ku tapi jugalah batin dan kebebasan ku. Mengharap kembalinya sediakala bagai pungguk merindukan bulan. Semenjak aku tertangkap, terjerat oleh keserakahan yang tak berbelas kasih berwujud jaring di rumah terind ah ku samudra. Menangis, terakhir kali nya aku melihat ayah ibu dan keluargaku melalui sela jaring berpuluh kali lipat lebih kuat. Setiap malam berganti siang, siang berganti malam seorang diri aku hanya menunggu hari, sepi. Malam menanggung kesedihan sementara pagi menanggung penghiburan, keduanya tidak ada yang menyenangkan. Sering kali di jejal dalam box kering sempit lagi sangat menghimpit. Gelap, hanya fatamorgana yang selalu terbayang di kepala, aku merindukan samudra, ayah ibu dan keluar