Kecamatan sungai kunjang kelurahan karang asam ulu kota samarinda, selain terminal bus juga terdapat pelabuhan di sana. Dua fasilitas sarana transportasi antar kota ini berada di wilayah yang sama, lokasinya pun berdekatan saling bersebrangan. Panti kami tak jauh dari keduanya jaraknya hanya beberapa meter namun bila di tempuh dengan berjalan kaki terasa berpuluh kilo apalagi berjalan di siang bolong. Hari ini aku kasen vino dan rendra akan kepelabuhan. Jangan pikir kami hendak tamasya, sama sekali tidak. Kami hendak melamar kerja sebagai kuli angkut di pelabuhan. Ide yang bagus dari kasen setelah semalam kami bermusyawarah memikirkan pekerjaan yang dapat kami lakukan untuk mendapatkan pundi pundi rupiah yang sangat penting menyokong hidup kami.
Tak ada yang lain apa ide kau itu sen? kau lihat kan badan kita kurus kerempeng macam ni.
Rendra menatap tubuhnya, ia tak melihat tubuhnya sekurus yang di katakan vino.
Ya.. kecuali kau ren, kau beruntung. Vino menyela meningkahi sikap rendra yang menatap angkuh tubuhnya.
Lalu kau punya saran yang lain? Kasen balik bertanya pada vino
Vino meliarkan pandangannya, sebenarnya ia juga bingung. Ia sendiri tak punya ide pekerjaan apa yang dapat di lakukan untuk mendapat pundi pundi rupiah. Hey kau sal, kenapa kau diam saja, tak ada kah kau ide untuk kami?
Vino malah bertanya padaku sementara aku sendiri juga tak tau. Sebenarnya aku ingin mengatakan bahwa menjadi tukang cuci motor atau mobil di pencucian bang fery cukup lumayan mendatang kan pundi pundi rupiah tapi pencucian itu telah tutup sejak beberapa minggu yang lalu sebab musim kemarau tak berkesudahan.
Kenapa kita tak coba ide kasen saja. Masih ada solusi soal tubuh kerempeng, kita bisa memohon pada pak badrun untuk pekerjaan yang ringan. Gimana menurut kau ren? Bukan kah kau pandai berdiplomasi? Taklukkan lah pak burhan dengan kalimat kalimat ajaib mu itu. Pernahkah kalian membayangkan suatu desa nun jauh di sana dimana kebanyakan kapal kapal di pelabuhan menujunya. Ini akan menjadi perjalanan luar biasa yang akan kita lakukan, dua hari dua malam (menjulurkan du jari ku ke wajah mereka) dan menurutku apa salahnya di coba sebagai kuli angkut. Aku menatap satu persatu mata mereka, mencoba meyakinkan.
Tosss... suara kedua telapak tangan vino setelah saling bertampar satu sama lain, tercerahi.
Kau benar sal, tak aku bayangkan aku menjadi awak kapal dua hari dua malam mengarungi sungai mahakam. Bagaimana menurut mu ren? Kau harus melakukannya, esok kami akan menemani mu menemui pak badrun.
Kau benar sal, tak aku bayangkan aku menjadi awak kapal dua hari dua malam mengarungi sungai mahakam. Bagaimana menurut mu ren? Kau harus melakukannya, esok kami akan menemani mu menemui pak badrun.
Mengapa setiap urusan begini selalu di limpahkan pada ku, mengapa bukan kasen? Dia kan yang punya ide. Rendra mengeluh kesal.
Aihh kau tau sendirikan ia selalu gagal menawar tiap kali beli sesuatu, tak sepandai kau ren. Vino membalas perkataan rendra. Jadi kau bisa kan? Ayolah... vino memohon.
Rendra menatap kami satu persatu, ia tau bahwa di mata kami terpantul pantul harapan padanya.
Oke lah, aku kaan melakukannya. Rendra menerima.
Kami tiba di pelabuhan pukul sepuluh pagi. Suasana pelabuhan nampak ramai aktivitas oleh orang orang yang sibuk hilir mudik, sibuk menurunkan barang dari kapal ke tepi dermaga juga sebaliknya ada yang baru menaikkan barang ke kapal. Kami berdiri di tanah lapang memandang area sekitar, mencari di mana pak badrun berada. Cuaca sangat panas sekali padahal hari masih pagi, inilah akibat kemarau berkepanjangan. Kasen dan vino menghamparkan pandangan ke area pelabuhan, matanya menyipit akibat terik. Rendra pun demikian namun ia nampak lebih tenang sepertinya ia sedang memikirkan sesuatu.
Kemana kau ren?. Aku memanggilnya.
Kau lihat kan kantor itu?. Ia menunjuk ke arah jam dua dari tempat kami berdiri, aku melihat sebuah bangunan yang tak cukup besar dari kayu. Bangunan itu bercatkan biru dan di depan bagian atasnya terdapat sebuah papan persegi berlapis seng tipis bergambar nahkoda. Tulisannya masih tak jelas untuk ku baca. Kami pun berjalan mengekor di belakang rendra. Debu debu terhempas sebab langkah langkah kami, berhamburan di udara oleh angin, gersang sekali area pelabuhan ini. Bangunan itu tak jauh lokasinya dari tepi sungai tepat berada di depan jalan masuk menuju dermaga tempat kapal kapal itu menyandarkan diri.
Sen cobalah kau tengok orang orang itu, sanggup kah kau?
Vino berbisik kepada kasen di belakang ku. Vino menunjukan pandangan dan memaksudkan ucapannya pada orang orang yang tengah bekerja sebagai kuli angkut tak jauh dari kami. Badan nya kekar kekar penuh otot sementara yang di angkut pun jugalah barang barang yang memiliki beban berat macam karungan beras, gula, ban ban mobil, jerigen jerigen minyak dan masih banyak lagi.
Kasen menelan ludah. Tidak vin, tak mungkin kita lakukan itu, pak badrun pasti mengerti tubuh kita macam ni. Kasen mengangkat lengannya, timbul setengah lingkaran bola kasti otot di lengannya. Terlalu besar, sepertiga bola kasti maksudnya. Kemudian nyengir.
semoga pak badrun berbelas kasih sen, vino membalas.
semoga pak badrun berbelas kasih sen, vino membalas.
Bisakah kalian tak ribut di belakang, coba tengok kapal sebelah sana. kita bisa angkut sembako sembako ringan. Aku menunjukkan kepada mereka berdua bahwa masih ada kemungkinan kita dapat bekerja di pelabuhan ini. Sekalipun tak mampu mengangkut barang barang berat masih bisa mengangkut barang barang ringan macam sembako dan kebutuhan pokok lainnya.
Kami berjalan membungkuk pelan masuk ke dalam bangunan setelah beberapa menit berdiri di ambang pintu. Rasanya macam napi baru masuk sel, tatapan tatapan tajam nan sinis para pekerja kuli angkut yang tengah beristirahat berkumpul di ruang depan mengkerdilkan diri. Sungguh aku memilih pembunuhan sebagai tindak kriminalku jikalau menjadi napi, konon akan di segani ketimbang tindak kriminal pemerkosaan ataupun pencabulan.Tatapan tatapan itu terbentuk akibat telah bertahun tahun memikul beban sebagai kuli angkut dan mungkin beban batin akibat cemohan cemohan juragan juragan yang tak sabaran atau mungkin terkena penyakit darah tinggi. Telingaku sendiri mendengar betapa suara suara tajam itu memekakkan telinga sekalipun mereka di kejauhan sana tempat mereka bekerja mengawasi para kuli angkut.
woyy,,, kau orang tak punya mata!!! itu barang mahal awas kau kasih pecah!!! potong upah kau!!
demikian lah kiranya sebab terbentuknya bola bola mata menyeramkan para kuli angkut, macam pembunuh berdarah dingin. Menyulut sedikit saja amarah mereka kami akan mati di tikam.
permisi bang,,, rendra menyapa. Namun tak satupun merespon kecuali asyik dengan permainan kartu remi.
Permisi bang... Rendra menyapa kedua kalinya, tetap sama. Di belakang ku kasen berbisik, ia bilang mungkin rendra tak cukup imut, tak cukup menarik simpati.
Mengapa tak kau saja yang menyapa? balas ku.
Aku tak pandai berakting, kau saja lah. Sembari kasen mendorong tubuh ku, sontak tingkah kecil ini menarik perhatian salah satu dari mereka.
woy,, cari siapa kau?. ucap salah seorang kepada ku.
ee.. anu bang,, ee,, cari pak ba.. baa,,. siapa sen? panik membuatku lupa nama.
badrun sal, badrun,,,, kaseen berbisik di belakang ku.
ee,, iya bang badrun bang, pak badrun maksud ku bang...
ada perlu apa kau dengan pak badrun?. menatap ku sinis.
Entah aku tak tau hendak menjawab apa. tak mungkin aku mengutarakan maksud ku mencari pak badrun sebab alasan mengemis pekerjaan di depan mereka. Aku hanya terdiam beberapa saat sembari menggaruk garuk kepala.
vino melintangkan tangannya ke tubuh ku, menyingkirlah maksudnya.
begini bang, kami hendak temui pak badrun, saudara kami menitip surat padanya.
di mana kau punya saudara??
jauh bang, di hulu bang.
setelah menghembuskan asap terakhir rokoknya ia menunjuk ke arah lorong sembari berkata, pintu warna hijau.
terimakasih bang,,,
kami berjalan menyusuri lorong.
sejak kapan kita punya saudara di hulu ren? bisa aja kau. ucap vino di barisan paling belakang.
pintu warna hijau, kami tiba di depannya. pintu normal pada umumnya hanya saja terdapat lubang persegi kecil yang tertutup oleh kaca bening dan di dalamnya berlapis kain. Kami tak dapat melihat ataupun sekadar mengintip apapun di dalamnya. Serba salah ingin mengetuk, sebenarnya tak satupun dari kami yang mengenal pak badrun. Yang kami tau tentang pak badrun ialah pemegang jabatan tertinggi dari organisasi perkulian yang disebut dengan istilah ORGAMU singkatan dari organisasi bongkar muat mahakam ulu, seluruh kuli kuli angkut di pelabuhan berada di bawah naungannya.
sendi sendi jari vino mematuk matuk pintu. kemudian beralih ia ke belakang. tak ingin menaggung jawab kelakuannya di saat kami masih tak siap mental memasuki ruangan. tak hanya sekali.
masuk!..
suara berat, terdengar dari balik pintu.
kami malah sibuk dorong mendorong.
masuk!.. kedua kalinya suara itu terdengar. tak ingin membuat marah ku beranikan diri memutar gagang pintu itu. Perlahan terbuka, kepala kepala kami berebut sejajar dengan celah pintum terdorong rasa penasaran akan wujud seorang bernama badrun. Kami tak perbah melihatnya sebelumnya, soal pak badrun hanyalah sebuah cerita yang kami peroleh dari orang orang tua yang tak sedikit menceritakannya.
wes maless reeek mau ngelanjutin ceritanya. stop
Jadi cerita nya sore hari awak lagi jalan jalan ke dermaga sungai kunjang, terinspirasi deh buat cerite ni.
Kami berjalan membungkuk pelan masuk ke dalam bangunan setelah beberapa menit berdiri di ambang pintu. Rasanya macam napi baru masuk sel, tatapan tatapan tajam nan sinis para pekerja kuli angkut yang tengah beristirahat berkumpul di ruang depan mengkerdilkan diri. Sungguh aku memilih pembunuhan sebagai tindak kriminalku jikalau menjadi napi, konon akan di segani ketimbang tindak kriminal pemerkosaan ataupun pencabulan.Tatapan tatapan itu terbentuk akibat telah bertahun tahun memikul beban sebagai kuli angkut dan mungkin beban batin akibat cemohan cemohan juragan juragan yang tak sabaran atau mungkin terkena penyakit darah tinggi. Telingaku sendiri mendengar betapa suara suara tajam itu memekakkan telinga sekalipun mereka di kejauhan sana tempat mereka bekerja mengawasi para kuli angkut.
woyy,,, kau orang tak punya mata!!! itu barang mahal awas kau kasih pecah!!! potong upah kau!!
demikian lah kiranya sebab terbentuknya bola bola mata menyeramkan para kuli angkut, macam pembunuh berdarah dingin. Menyulut sedikit saja amarah mereka kami akan mati di tikam.
permisi bang,,, rendra menyapa. Namun tak satupun merespon kecuali asyik dengan permainan kartu remi.
Permisi bang... Rendra menyapa kedua kalinya, tetap sama. Di belakang ku kasen berbisik, ia bilang mungkin rendra tak cukup imut, tak cukup menarik simpati.
Mengapa tak kau saja yang menyapa? balas ku.
Aku tak pandai berakting, kau saja lah. Sembari kasen mendorong tubuh ku, sontak tingkah kecil ini menarik perhatian salah satu dari mereka.
woy,, cari siapa kau?. ucap salah seorang kepada ku.
ee.. anu bang,, ee,, cari pak ba.. baa,,. siapa sen? panik membuatku lupa nama.
badrun sal, badrun,,,, kaseen berbisik di belakang ku.
ee,, iya bang badrun bang, pak badrun maksud ku bang...
ada perlu apa kau dengan pak badrun?. menatap ku sinis.
Entah aku tak tau hendak menjawab apa. tak mungkin aku mengutarakan maksud ku mencari pak badrun sebab alasan mengemis pekerjaan di depan mereka. Aku hanya terdiam beberapa saat sembari menggaruk garuk kepala.
vino melintangkan tangannya ke tubuh ku, menyingkirlah maksudnya.
begini bang, kami hendak temui pak badrun, saudara kami menitip surat padanya.
di mana kau punya saudara??
jauh bang, di hulu bang.
setelah menghembuskan asap terakhir rokoknya ia menunjuk ke arah lorong sembari berkata, pintu warna hijau.
terimakasih bang,,,
kami berjalan menyusuri lorong.
sejak kapan kita punya saudara di hulu ren? bisa aja kau. ucap vino di barisan paling belakang.
pintu warna hijau, kami tiba di depannya. pintu normal pada umumnya hanya saja terdapat lubang persegi kecil yang tertutup oleh kaca bening dan di dalamnya berlapis kain. Kami tak dapat melihat ataupun sekadar mengintip apapun di dalamnya. Serba salah ingin mengetuk, sebenarnya tak satupun dari kami yang mengenal pak badrun. Yang kami tau tentang pak badrun ialah pemegang jabatan tertinggi dari organisasi perkulian yang disebut dengan istilah ORGAMU singkatan dari organisasi bongkar muat mahakam ulu, seluruh kuli kuli angkut di pelabuhan berada di bawah naungannya.
sendi sendi jari vino mematuk matuk pintu. kemudian beralih ia ke belakang. tak ingin menaggung jawab kelakuannya di saat kami masih tak siap mental memasuki ruangan. tak hanya sekali.
masuk!..
suara berat, terdengar dari balik pintu.
kami malah sibuk dorong mendorong.
masuk!.. kedua kalinya suara itu terdengar. tak ingin membuat marah ku beranikan diri memutar gagang pintu itu. Perlahan terbuka, kepala kepala kami berebut sejajar dengan celah pintum terdorong rasa penasaran akan wujud seorang bernama badrun. Kami tak perbah melihatnya sebelumnya, soal pak badrun hanyalah sebuah cerita yang kami peroleh dari orang orang tua yang tak sedikit menceritakannya.
wes maless reeek mau ngelanjutin ceritanya. stop
Jadi cerita nya sore hari awak lagi jalan jalan ke dermaga sungai kunjang, terinspirasi deh buat cerite ni.
Komentar